Jam sudah menunjukkan jam 5 pagi,
kulangkahkan kakiku menuju musholla untuk melakukan sholat subuh. Beberapa
orang rumah masih belum terbangun dari tidurnya. Hanya ada kakak perempuanku
yang sudah lebih dahlu dariku selesai melakukan sholat subuh. Selesai sholat terlihat dia masih menyapu
teras musholla rumah dan mematikan lampu setelah itu.
Ku bergegeas menuju kamar mandi
untuk berwudhu. Langit masih petang, bintang-bintang masih terlihat
bergemerlapan di atas awan. Ayam-ayam mulai berkokok dari tadi entah sudah
berapa jam yang lalu mereka sudah bangun mendahului semua oranf yang ada di
rumah, atau oarang-orang yang ada di dusunku mungkin. Indah memang pemandangan
pagi-pagi buta seperti ini. Namun tak banyak orang yang mau bangun hanya untuk
menyaksikan panorama alam sperti ini. Bahkan kadang beberapa orang justru
mendaki gunung dan harus berangkata nyaris tengah malam mungkin hanya untuk
menyaksikan matahari terbit dari atas gunung.
Selesai melakukan sholat subuh
kulihat langit masih gelap, belum nampah matahari senentar lagi akan terbit.
Mungin setengah jam lagi, langit akan mulai terang. Segera ku ambil sapu untuk
menyapu halaman rumah sembari mununggu langit mulai terang untuk bersepeda
keliling kota.
Dengan sepada Jepang warna kuning
punya kakakku, ku kayuh sepeda menyusuri jalanan. Terlihat saat keluar dari
gang rumah, lampu jalan masih belum dimatikan. Barngkali petugas yang biasa
mematikannya lupa tau masih tertidur.
Beberapa orang terlihat sedang
jalan santai di pinggiran jalan. Ada yang sendiri ada yang berpasangan semabri
menggendong anak mereka. Tidak terlalu banyak yang berolahraga pagi ini. Dan
jalanan juga terlihat masih sepi. Hanya beberapa kendaraan yang lewat. Dengan
radio dari handphoneku ku kayuh
sepedaku dengan santai menikmati perjalanan pagiku sendiri. Merasakan sejuk dan
dinginnya pagi sendiri. Dan mendengarkan suara pagi seorang diri. Aku sedang
bersantai atau melakukan sesuatu seorang diri. Namun memang lebih baik jika
berdua. Ada teman ngobrol dan tidak menjadi pusat perhatian saat melakukan
suatu hal seorang diri.
Biasanya aku mengajak sahabatku
Nuri untuk bersepada. Tapi kutakut jika dia masih tidur. Hingga aku berangkat
bersepeda seorang diri. Untuk olahraga di jalanan memang lebih baik sendirian
atau berpasangan. Jika lebih dari itu kadang tidak efektif, akan lebih banyak
obrolannya ketimnah olahraganya.
Menyusuri jalanan seorang diri
membuat anganku melayang jauh, menghanyal pastinya. Membayangkan bersama
pasanganku. Kita menyusuri jalanan, mulai dari jalan raya yang kanan kirinya
adalah tempat-tempat perbelanjaan, kafe, atau hal lainnya hingga menyusuri
jalanan yang kanan kirinya adalah persawahanatau sungai dengan suaranya yang
sangat romantis dipagi buta hingga bersama menyaksikan matahari terbit bersama.
Selalu membayangkan hal seperti itu saat aku mengayuh sepedaku, meyusuri
jalanan seorang diri.
Dan akupun kembali menyaksikan
kehidupan dipagi ini, menyaksikan aktivitas orang yang makin lama mulai
menampakkan batang hidungnya dengan urusan masing-masing . Kusaksikan matahari
terbit dari atas jembatan yang tampak dengan cahayanya yang mulai menyilaukan
mata kala kita terus menerus memandangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar