Selasa, 06 Agustus 2013

Aku, Sepeda, dan Khayalan ini

Jam sudah menunjukkan jam 5 pagi, kulangkahkan kakiku menuju musholla untuk melakukan sholat subuh. Beberapa orang rumah masih belum terbangun dari tidurnya. Hanya ada kakak perempuanku yang sudah lebih dahlu dariku selesai melakukan sholat subuh.  Selesai sholat terlihat dia masih menyapu teras musholla rumah dan mematikan lampu setelah itu.

Ku bergegeas menuju kamar mandi untuk berwudhu. Langit masih petang, bintang-bintang masih terlihat bergemerlapan di atas awan. Ayam-ayam mulai berkokok dari tadi entah sudah berapa jam yang lalu mereka sudah bangun mendahului semua oranf yang ada di rumah, atau oarang-orang yang ada di dusunku mungkin. Indah memang pemandangan pagi-pagi buta seperti ini. Namun tak banyak orang yang mau bangun hanya untuk menyaksikan panorama alam sperti ini. Bahkan kadang beberapa orang justru mendaki gunung dan harus berangkata nyaris tengah malam mungkin hanya untuk menyaksikan matahari terbit dari atas gunung.

Selesai melakukan sholat subuh kulihat langit masih gelap, belum nampah matahari senentar lagi akan terbit. Mungin setengah jam lagi, langit akan mulai terang. Segera ku ambil sapu untuk menyapu halaman rumah sembari mununggu langit mulai terang untuk bersepeda keliling kota.

Dengan sepada Jepang warna kuning punya kakakku, ku kayuh sepeda menyusuri jalanan. Terlihat saat keluar dari gang rumah, lampu jalan masih belum dimatikan. Barngkali petugas yang biasa mematikannya lupa tau masih tertidur.

Beberapa orang terlihat sedang jalan santai di pinggiran jalan. Ada yang sendiri ada yang berpasangan semabri menggendong anak mereka. Tidak terlalu banyak yang berolahraga pagi ini. Dan jalanan juga terlihat masih sepi. Hanya beberapa kendaraan yang lewat. Dengan radio dari handphoneku ku kayuh sepedaku dengan santai menikmati perjalanan pagiku sendiri. Merasakan sejuk dan dinginnya pagi sendiri. Dan mendengarkan suara pagi seorang diri. Aku sedang bersantai atau melakukan sesuatu seorang diri. Namun memang lebih baik jika berdua. Ada teman ngobrol dan tidak menjadi pusat perhatian saat melakukan suatu hal seorang diri.

Biasanya aku mengajak sahabatku Nuri untuk bersepada. Tapi kutakut jika dia masih tidur. Hingga aku berangkat bersepeda seorang diri. Untuk olahraga di jalanan memang lebih baik sendirian atau berpasangan. Jika lebih dari itu kadang tidak efektif, akan lebih banyak obrolannya ketimnah olahraganya.

Menyusuri jalanan seorang diri membuat anganku melayang jauh, menghanyal pastinya. Membayangkan bersama pasanganku. Kita menyusuri jalanan, mulai dari jalan raya yang kanan kirinya adalah tempat-tempat perbelanjaan, kafe, atau hal lainnya hingga menyusuri jalanan yang kanan kirinya adalah persawahanatau sungai dengan suaranya yang sangat romantis dipagi buta hingga bersama menyaksikan matahari terbit bersama. Selalu membayangkan hal seperti itu saat aku mengayuh sepedaku, meyusuri jalanan seorang diri.

Dan akupun kembali menyaksikan kehidupan dipagi ini, menyaksikan aktivitas orang yang makin lama mulai menampakkan batang hidungnya dengan urusan masing-masing . Kusaksikan matahari terbit dari atas jembatan yang tampak dengan cahayanya yang mulai menyilaukan mata kala kita terus menerus memandangnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar