Mentari
pagi ini terlihat begitu saja. Benar saja sekarang adalah musim kemarau, yahh
kemarau panjang lebih tepatnya. Tidak seperti tahun lalu Indonesia mempunyai
empat musim musim hujan, musim kemarau, hujan di musim kemarau, dan kemarau di
musim hujan. Namun saat ini tidak bisa kutemukan setitik hujan turun. Di
beberapa daerah sudah banyak terjadi kekeringan luar biasa. Mereka harus berjalan
kiloan meter hanya untuk mendapatkan air, namun air yang didapat masih jauh
dikatakan sebagai air bersih meskipun mereka harus berjalan kiloan meter untuk
air itu. Yahh.. terkadang mereka memang tidak punya pilihan saat pilihan tak
bersama mereka.
Kubuka
jendela kamarku dan menikmati pemandangan gunung semeru yang berada di depan
mataku. Menikmati kesejukan pagi bersamanya. Dataran tinggi membuat kawasan
rumahku biarpun panas masih terasa sejuk. Puji Tuhan atas semua limpahan rahmat
dan kasihnya yang bisa kunikmati saat ini.
Dari
dalam rumah kulihat seseorang laki-laki yang melewati depan rumahku saat mulai
membuka jendela kamarku. Tidak terlalu sering aku melihatnya melewati depan
rumahku, namun aku cukup hafal waktu dia melewati depan rumahku dengan motor
maticnya serta jaketnya agar tidak terkena dinginnya embun yang dilewatinya. Sebenarnya
aku tidak mengenal laki-laki itu karena dia sepertinya dia bukan berasal dari
satu kampung yang sama. Namun karena jalanan rumahku merupakan jalan umum jadi
sering kali dia lewat di depan rumahku.
“Nadya...
!” Panggil mamaku dari luar kamarku.
“Iya, maaa”
Segera ku
langkahkan kakiku keluar dari kamarku, dan segera ku ambil selang untuk
menyiram bunga yang tertanam di halaman rumahku. Yah.. ayahku suka sekali pada
bunga, semua bunga-bunga ini adalah hasil karya ayahku yang selalu sabar untuk
merawatnya. Dan dari semua keluargaku hanya aku, Kak Luna dan ayah yang suka
pada bunga-bunga ini. Namun semenjak 3 tahun lalu, saat ayah pergi meninggalkan
kami serta Kak Luna yang berada di Malang unyuk melanjutkan kuliahnya bunga-bunga
ini aku yang harus merawat bunga-bunga ini sesekali adikku Dimas juga ikut
membantu menyiram, namun kali ini sepertinya dia belum bangun. Bunga-bunga ini
yang selalu menjadi pelipur laraku saat rindu melanda pada ayah dan segala
macam masalah yang menimpaku. Dan bunga Bugenvil yang selalu menjadi pemikat
hatiku dia bunga kesayanganku.
Segera
kuhampiri mama yang berada di dapur menyiapkan makanan untuk sarapan kami.
“Mama, besok
aku main ke kak Luna yah, kebetulan besok katanya pulang sebentar, jadi abis
dari sekolah aku langsung ke Kak Luna yah”
“Lah, Kak
Lunanya gimana, diakan kuliah jangan ganggu sekolah kakakmu Nad”
“Aku udah sms
kak Luna kok, katanya dia besok gak ada kuliah”
“Yaudah
hati-hati, hari senin harus ada di rumah. Jangan sampe’ kamu bolos sekolah”
“Siap Boss”
Jawabku sambil mencium pipi mama sekaligus ayahku itu.
****
Dengan
masih berseragam sekolah SMA ku menaiki bus kota. Sendirian tanpa ada orang
yang menemaniku. Biasanya aku mengunjungi Kak Luna bersama mama dan Dimas.
Namun sekarang aku sendirian karena aku ingin melepaskan penatku dari masalahku
dengan Angga atas penghianatan cinta yang dia lakukan dengan Citra adik
kelasku. Sudah 2 minggu aku masih sulit melupakan hal itu.
Tiba-tiba
handphoneku berdering, kulihat ada
pesan singkat dari kak Luna
“Dek,
maaf lupa sekarang kakak masih ada kuliah sampe’ siang. Nanti kamu langsung ke
kampus kakak aja ya.. “
“OK”
jawabku pada pesan singkatnya.
Setelah
sampai di kampus kak Luna, aku terlihat cukup aneh karena aku masih menggunakan
seragam batik sekolahku. Namun aku tidak terlalu mengurusi dengan apa yang aku
kenakan. Segera aku menuju pohon cemara yang sudah tersedia tempat duduk di
bawahnya. Ku ambil novel karya Dewi Dee Lestari dari dalam tasku sambil
mendengarka lagu menggunakan aerphone. Sehingga otomatis aku tidak
memperhatikan apa yang ada di sekitarku.
“Daarrrrrr
!!!”
Sontak aku
kanget dengan suara itu, segera kulihat ternyata sudah ada kak Luna yang ada di
belakangku dan dia jugalah yang mengagetkanku.
“Lama dek
yang nunggu kakak kuliah ?”
“Emmhh..
Lumayan sih, sekarang udah jam 13.15 berarti udah 40 menit aku nungguin Kak
Luna” Jawabku seraya menutup novel serta meletakkannya di dalam tasku.
“Yaudah deh..
kakak minta maaf, sebagai gantinya kakak kenalin deh sama mahasiswa kampus
sini” jawabnya sambil clingak-clinguk mencari seseorang
“Yeehhh..
apa-apaan dikiranya adekmu gak bisa move on apa”
“Yee.. mang
gak bisa kan? udah dua minggu loh, kamu suka melamun di taman rumah”
“Kakak kok
tahu ?”
“Yah.. mama
yang ngasih tahu, makanya aku suruh kamu main ke sini biar gak mikirin si
Angga, kamu bisa cari yang baru dari kampus sini”
“Males ah
kak, paling juga sama kaya’ Angga”
“Yaelah dek,
aku pernah kaya’ kamu juga kali dan yang kamu perlu saat ini sesuatu yang baru.
Tidak harus jadi pacar sihh.. cuman minimal kamu tidak mengingat Angga lagi”
“Hemmm iya
sih, tapi gak taulah kak bingung aku harus ngapain”
“Nahh... itu
dia.. Adammmm !!” panggil kakakku
Segera aku
memoleh pada seseorang yang sedang berjalan bersama temannya. Dan laki-laki itu
terasa tidak begitu asing bagiku. Meskipun aku tidak pernah melihat wajahnya,
namun jaket yang dia kenakan adalah jaket yang pernah aku lihat dipagi itu. Dan
laki-laki itu segera menghampiri kami. Dapat kulihat wajah orang ini tanpa helm
yang selalu dia kenakan saat melintasi rumahku. Wajahnya tampan, putih, bersih,
serta kelembutan wajah namun ada sisi ketegasan dari penampilannya.
“Halo, Luna
jadi yang mau lihat pameran kesenian ?” tanyanya saat sudah berada di depan
kami berdiri
Belum sempat
kak Luna menjawab pertanyaan laki-laki itu, aku sudah diburu pertanyaan
padanya.
“Kaya’nya
kamu yang sering lewat depan rumahku kan” tanyaku pada laki-laki itu
“Iya,
mungkin” jawabnya laki-laki itu sambil tersenyum kepadaku, sungguh senyumannya
yang sangat indah terlihat tulus tanpa ada beban untuk menunjukkannya.
“Yaudah,
ngobrolnya entaran ajah nanti keburu lama disini” pinta kak Luna
Sebelum kita
berangkat kak Luna mengajakku ke toilet untuk ganti pakaian agar tidak memakai
seragam sekolahku. Katanya biar sama-sama terlihat sebagai mahasiswa. Yahh..
aku ikuti saja kemauan kakakku itu.
Menuju ke
Pameran Kesenian aku boncengan dengan Kak Luna sedangkan Kak Adam sendirian.
Selama 30 menit perjalanan kita sudah sampai di lokasi terlihat banyak orang
disini. Maklumlah hari ini hari sabtu jadi banyak pengunjung yang datang.
Ditambah lagi ada konser nanti malam jadi pengunjungnya juga bertambah.
Kami
mengunjungi stan-stan yang ada. Aku mulai tertarik dengan pameran ini banyak
sesuatu yang unik serta ditambah lagi dengan sesorang yang membuatku nyaman
berada di dekatnya. Kak Adam dia orangnya perhatian sekali terlebih saat dia
mengandeng tanganku melewati kerumunan orang yang banyak. Entah perasaan apa
yang kualami saat itu, saat kak Adam mulai menggandeng tanganku.
“Jalannya
lama amet sih dek, untung aja ada Adam” kata kakakku yang sedikit kesal karena
aku asik melihat pameran dari stan yang ada sehingga aku tidak tahu kalau kak
Luna sudah tidak bersamaku lagi
“Iya maaf
kak” Jawabku sambil melihat kak Adam yang masih belum melepaskan genggaman
tangannya. Orang ini benar-benar mengagumkan bukan hanya karena wajahnya yang
memang aku nilai lumayan tetapi auranya yang begitu menentramkan hati.
“Udah mau
malam nih, pulang yok” pinta kak Luna
****
Hari minggu
pagi kak Luna mengajakku olahraga pagi di Malang. Banyak kulihat orang orang
yang melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan dengan kak Luna. Kami
memilih menggunakan sepeda menyusuri pagi di kota Malang. Hingga kita berhenti
di alun-alun kota Malang untuk melepas
lelah.
“Kakak kenal
dimana sama kak Adam ?” tanyaku membuka pembicaraan
“Dia satu UKM
sama kakak dek, di teater. Dia nasibnya sama kaya’ kita lho dek sama-sama anak
yatim. Cuma ekonomi kita lebih baik daripada dia”
“Oh ya, kok
bisa ?”
“Dia anak
sulung, jadi dia juga yang harus menjadi tulang punggung keluarga. Biaya
sekolahnya sendiri, sekolah adiknya, biaya kehidupan sehari-harinya dia yang
mesti tanggung, kadang aku kasian banget sama anak itu. Pulang kuliah mesti
berangkat kerja, untungnya dia dapat beasiswa jadi hasil dia kerja semuanya
dikasih ke ibunya buat biaya hidup. Dia lho yang ngenalin aku sama Aryo, waktu
aku lagi galau baru putus sama Andi, yah kaya’ kamu sama Angga saat ini”
“Oh iya, aku
sering lihat dia lewat di depan rumah memangnya rumah dia dimana?”
“Rumah dia di
Pasuruan juga cuma beda kecamatan sama rumah kita, dia belum pernah pacaran loh
dek”
“Hahh..
serius, kenapa padahal lumayan lho dia anaknya baik”
“Gak tahu
belum dapat yang spesial katanya, yah.. kali ajah kamu entar yang buat hatinya
luluh”
“Amin...”
Jawabku
“Lohh.. kok
Aminn dek.. Nciee.. ngarep juga nih yee sama si Adam” goda kakakku sambil
menyenggol bahuku dengan bahunya.
****
“Titiiiiiitttt.....
!!”
Terdengar
suara klakson dari luar rumah. Segera kulihat laki-laki yang ada diluar sangat
tidak asing bagiku
“Loh, kok ada
Kak Adam di luar ?” tanyaku pada kak Luna
“Aku suruh
Adam nganterin kamu, katanya dia mau pulang.. anterin gaji bulanannya sama
ibunya kaya’nya”
“Kakak gak
ikutan pulang ?”
“Besok ulang
tahun Aryo, kakak mau jalan berdua sama aryo. Tanpa kamu dan tanpa Adam”
“Wehh,
jahatnya...”
“Yaudah
cepetan keluar, kasian dia nungguin noh”
Segera kita
keluar menghampiri kak Adam yang sudah berada di depan pagar.
“Dam.. jagain
adekku gue sampe’ rumah ya”
“Siap Boss”
Akhirnya kami
melaju bersama motor matic kak Adam menuju, disertai dengan lampu jalanan yang
sangat indah. Selama bersama kak Adam aku benar-benar melupakan Angga. Dan aku
benar-benar merasa nyaman bersama kak Adam. Perhatiannya, kerja kerasnya,
kepintarannya membuatku yang awalnya kagum kini menjadi suka padanya. Dan ku
harap kak Adam juga merasakan hal yang sama.
****
“SURPRISEEEE
!!!!!!”
Sontak aku
kaget dan terbangun dari tidurku, kulihat sudah ada Kak Luna, mama, Dimas, Kak
Aryo, dan Kak Adam berada di kamarku.
“Happy Birthday Nadya, happy birthday, happy
birthday Nadya” mereka bernyanyi bersama di dalam kamarku tepat pada jam 12
malam.
Kututup mukaku
dengan bantal karena malu karena mukaku pasti lusuh. Dan kak Luna menarik
bantal dan menyuruhku bangun
“Ayoo, tiup
lilinnya kita udah pengen makan kue nih”
“Eitss..
jangan lupa berdoa sebelum tiup lilinnya kak” pinta Dimas Adikku
“Ya Allah dekatkanlah orang-orang yang
mencintai hamba dan jagalah mereka seperti mereka menjaga hamba. Dan jadikan
hamba manusia yang lebih baik lagi. Dan yang terakhir semoga Kak Adam bisa
menjadi pacar hamba”
“Aminnn”
Dan
segera kutiup lilin yang sudah berada di depan mukaku
“Yeee.... “
sontak suara kembali ramai saat aku selesai meniup kue ulang tahun, sambil
memberiku ucapan selamat di hari ulang tahunku yang ke 17 tahun.
****
Pagi harinya kubuka kado yang
sudah ada di mejaku. Kucari-cari kado dari kak Adam ternyata tidak ada. Yah..
orang itu hanya datang memberiku selamat tanpa meninggalkan kado di hari ulang
tahunku.
Ku hampiri
kak Luna yang sudah berada di teras rumah bersama mama, Dimas.
“Loh.. kak
Aryo mana ?”
“Baru ajah
pulang dek, ada tugas kantor jadi mesti pulang hari ini juga. Oh iya... nanti malam
Adam mau ajak kamu ngasih kado ulang tahunnya”
“Wahh..
pantes aku lihat gak ada kado dari dia, yaudah deh makasih ya kak udah dikasih
tahu”
Saat aku
asyik menonton tv bersama Kak Luna tiba-tiba Angga datang ke rumah.
“Halo Nad,
haapy birthday yah.. ini kado buat kamu”
“Makasih yaa
Ga “
“Oh iya.. sebenarnya
aku mau ngajak kamu balikan. Aku sadar aku salah udah khianatin kamu, ternyata aku
sadar kalau aku masih sayang sama kamu, bukan Citra. Dia deketin aku agar bisa
deket sama adikku aja, aku nyesel udah putusin kamu Nad”
“Syukuri, makan tuh Citra” Jawabku dalam
hati.
“Emmhh.. maaf
Ga, tapi aku udah gak sayang sam kamu. Oh iya.. kamu cuman mau nganterin ini
kan ? Aku mau mandi soalnya”
“Emmhh..
yaudah Nad, aku pamit ajah. Aku bakalan nunggu kamu sampe’ hati kamu bisa
terima aku lagi. Aku sadar kamu masih sayang sama aku”
“Yeaahh, moga
aja”
“Ngapain si
Angga dek ?” tanya kak Luna
“Ngajak
balikan”
“Hahh..
diterima sama kamu ?”
“Hihh.. ogah,
gak ada cowo lain aja apa”
“Bagus.. itu
namanya adik kak Luna”
“Yaudah kak,
Nadya mau mandi dulu. Entar keburu kak Adam nungguin lama”
****
Kak
Adam membawaku ke kafe yang aku nilai lumayan romantis. Ternyata kak Adam orang
yang romantis juga.
“Nad,
ini kado buat kamu” kata kak Adam sambil memberiku kado boneka yang bertuluskan
“I LOVE YOU”
“Emmhh..
maksudnya apa nih kak”
“Aku
sayang sama kamu Nad. Aku pengen kamu selalu ada di samping aku, aku suka sama
kamu sebelum ketemu kamu. Kak Luna selalu cerita soal kamu. Tapi aku tunggu
waktu untuk nyatain persaan aku ke kamu. Dan aku pikir sekarang waktunya. Nad,
kamu mau gak jadi pacarku”
Wihhh,,
aku hampir tak percaya dengan apa yang kudengar baru saja.
“Emmhh..
Iyah.. Nadya mau jadi pacar kak Adam, Jadi pacar kak Adam adalah doa Nadya
sebelum tiup lilin kue ulang tahunku terus selama bareng kak Adam Nadya berasa
nyaman banget”
Dan di hari
ulang tahunku, aku mendapatkan pacar yang selama ini aku inginkan yaitu Kak
Adam. Terima kasih Tuhan atas kado hari ini.