Waktu terus
berputar sesuai dengan rotasinya, tak bisa dihentikan sekalipun badai datang
merusak jam yang ada di dinding itu, kerena jam yang lain akan terus berputar.
Siapa yang peduli pada sebuah jam dinding yang pecah karena dijatuhkan atau
rusak termakan usia batreinya sendiri. Vero masih menatap langit yang basah
karena hujan. Entah apa yang merasuk pikirannya hingga sedari tadi dia enggan
beranjak dari jendela kamarnya. Memandang langit, memperhatikan setiap rintik
hujan yang jatuh di genting rumahnya. Membasahi bunga, pohon yang tertanam
indah di samping kamarnya.
Wajah
cantiknya berkali-kali terkena hempasan air hujan yang tak hentinya turun
membahasahi pekarangan rumahnya. Berkali-kalipun dia melihat seisi kamarnya dan
kembali membisu hujan yang belum berhenti. Soreitu dia hanya membisu,
barangkali sudah tidak tahu apa yang harus dia katakan dan tidak tahu darimana
memulai untuk berkata.
Tatapan
tajam matanya cukuplah menggambarkan isi hatinya. Namun siapa yang akan
melihat, siapakah yang akan mengerti. Tidak ada satupun orang di dalam kamarnya
kecuali dia seorang diri dengan segundahan kegundahan yang melanda dirinya.
Vero
kembali ke tempat belajarnya, mengambil sesuatu yang sudah menjadi bagian dari
hidupnya. Benda ini kecil namun mampu menyimpan sejuta kisah sejuta kisah
bersama orang-orang terkasihnya. Dan merebahkan tubuh di atas tempat tidunya
dengan seprai motif kesukaannya warna biru muda.
Terlihat
di layar handphone Blackbarrynya waktu
sudah menunjukkan jam 5 sore. Dan kini pandangan tajamnya tertuju pada layar
handphone miliknya, berkali-kali Vero membersihkan layar handphone dengan
tangannya meski tak lagi terlihat debu dilayarnya. Gambarnya kini nmpak
semakain jelas, fotonya bersama kekasihnya Nando senantiasa menghiasi wallpaper
handphonenya tanpa ada keinginan dia menggantinya meskipun keadaannya sudah
berubah.
****
“Yang,
kamu ada dimana sekarang ?” tanya Vero diujung telfon
“Aku
masih di jalan nih Yang, kamu udah di GOR ?” jawab Nando
“Iya,
aku udah dari GOR dari tadi pertandingannya 10 menit lagi akan dimulai. Cepetan
kamu kesini aku pengen kamu lihat final pertandingan basketku”
“Iya
sayang, bentar lagi aku nyampek. Masih kejebak macet disini”
“Terserahlah
pokoknya kamu harus datang dan ngasih semangat buat aku, kamu kan udah janji
buat datang”
“Iya
sayang, aku usahain cepet nih. Yaudah aku lagi nyetir nih, pokoknya aku bakalan
datang ke GOR buat kasih dukungan buat pacarku yang terbaik” kata Nando
“Iyaudah,
jangan lama-lama. Yaudah aku pemanasan dulu nih, da...” Jawab Vero seraya
mematikan telponnya.
Suara
gemuruh semakin terdengar mana kala semua pemain bergerak ke lapangan untuk
melakukan pemanasan. Pertandingan final kali ini mempertemukan antara SMA
Kartika Palembang dengan SMA Negeri 1
Palembang. Pertandingan ini cukuplah ditunggu-tunggu karena SMA Kartika yang
beberapa bulan lalu memenangkan Event
tahunan Piala Gubenur kini ditantang para pemain SMA Negeri 1 Palembang yang
merupakan juara Djarum Arena tahun 2012 dan 2011.
Pertarungan
demi mempertahankan gengsi ini cukup banyak mengundang penonton menyaksikan
final Event Basket Ball yang cukup bergengsi di Indonesia ini. Semua supporter
yang notaben adalah para siswa SMA Kartika dan SMA Negeri 1 Palembang menambah
semarak di dalam pertandingan dengan yel-yel kebanggaan mereka.
Terlihat
Vero mengenakan nomor punggung 10 bersiap-siap untuk meraih bola pertama.
Mengenakan kaos team kebangaan SMA Kartika berwarna Merah Putih bersama
teman-teman teamnya yang lain.
Dan
kini bola sudah wasit lemparkan, sehingga sontak membuat para penonton
bergemuruh saat itu juga. Dimulai dari penyerangan SMA Negeri 1 Palembang yang
unggul terlebih dahulu mencetak point. Di pinggir lapanan masing-masing coach
memberikan instruksi kepada anak didiknya. Di belakangnya para pemain pengganti
berharap-harap cemas agar teamnya mampu kembali meraih point.
Pertarungan
antara 2 team berlangsung sangat sengit berkali kali-kali para pemain tak
hentinya melakukan penyerangan ke pertahanan lawan.
“Yeaaaahhhhhhhhhhhhh.....!!!!!!”
Sontak penonton bersorak manakalan Vero sang captain SMA Kartika berhasil
meraih three point.
“Go Vero, Go Vero,Go... !!!!” Teriak
para supporter SMA Kartika.
“Prittttttttt......
Prittttttt.... Priiiiiiittttttt.. “ Wasit meniup peluit, dan pertandinganpun
berakhir dengan skor 26-22.
Para pemain
SMA Kartika bersorak ke tengah lapangan menikmati kemenangan mereka hari itu.
Dan tak kalah dengan supporter SMA Kartika yang sedari tadi meneriakkan nama
sekolah mereka. Dan kini SMA Kartika kembali penunjukkan keganasannya setelah
mengalahkan juara bertahan Djarum Arena 2x berturut-turut yakni SMA Negeri 1
Palembang.
Para pemain
SMA Kartika kini akan berbangga hati dengan raihan prestasi yang cukup gemilang
tahun in di bidang basket setelah sekian lama tidak mampu meberika prestasi
dibidang ini.
Para pemain
kini bergerak menuju bus sekolah yang akan mengantarkan mereka ke rumah mereka
masih-masing. Terlihat Vero mulai gelisah sedari tadi dia tidak melihat
pacarnya Nando. Meskipun berkali-kali dia tanyakan pada teman-temannya. Mereka
juga tidak melihatnya.
Hujan mulai
turun para pemain SMA Kartika bergerak cepat masuk ke dalam Bus agar tidak
semakin lama terjebak hujan. Vero memperhatikanhujan yang jatuh dari luar kaca
jendela bus. Teman-temannya yang lain tampak bersorak gembira menikmati
kemenangan mereka. Pesan BBM satu persatu masuk memberikan ucapan selamat
kepada Vero. Namun pesan BBM yang sangat dia tunggu tak kunjung ada, dari Nando
kekasihnya dan berkali-kali pula dia tak bisa menghubunginya.
****
Tak
ada kabar juga dari Nando hingga waktu menunjukkan jam 5 sore. Menambah
kegundahan dan kekesalan Vero pada Nando.
“Halo
Ver, kamu ada dimana ?” tanya kakaknya
“Aku
di kamar kak, kenapa ?” jawabnya malas
“Nando
kecelakaan, sekarang dia ada di rumah sakit”
“Apah
kak, Nando kecelakaan?” tanya Vero meyakinkan dan seketika itu juga tubuhnya
gemetar tanpa bisa di kontrol.
Segera
dia berlari keluar kamar, dan mengambil kunci motor yang tergantung di dekat
pintu kamarnya. Wajahnya panik khawatir akan terjadi sesuatu pada pacarnya saat
itu.
Sendiri
Vero mengendarai motor maticnya seorang diri menuju rumah sakit biarpun gerimis
masih menyelimuti kota Palembang saat itu. Dengan air mata yang mendera Vero
terus melaju menerjang hujan yang mulai membasahi seluruh tubuhnya.
Dilihat
kakaknya Andi sudah berada di rumah sakit bersama keluarga Nando. Vero bergerak
perlahan masuk meuju ruang perawatan menyaksikan pacarnya tergeletak tak
berdaya di atas tempat tidur.
“Beb...
kamu gak papa ?” tanya Vero melihat kondisi Nando dibalut perban.
“Aku
gak papa kok sayang, maaf ya sayang aku gak nepatin janjiku buat lihat
pertandingan final kamu”
“Gak
papa kok, yang penting kamu jangan sampai kaya’ gini lagi” kata Vero tak bisa
mebahan air matanya.
“Loh,
kamu kok nangis, aku udah gak papa kok beneran tadi cuman keserempet aja,
gara-gara jalanan licin. Tapi udah gak papa sekarang. Selamat ya sayang
akhirnya impian kamu buat menang tercapai” kata Nando seraya mencium kening
orang terkasihnya.
“Makasih
ya sayang, ini juga berkat support kamu, biar aku terus semangat latihan”
“Iya,
sama-sama dimana ada usaha disitu pasti ada jalan kan” kata nando
“Iya,
mulai jadi pepatah dadakan nih” goda Vero
“Yang,
temenin aku malam ini ya” pinta Nando
“Iya,
sayang aku bakalan jagain kamu malam ini kok” jawab Vero sambil melempar senyum
pada Nando.
“Yang,
bentar ya.. aku ganti baju dulu, basah nih gara-gara kehujanan”
“Loh,
kamu hujan-hujanan kesini yang, yaudah deh jangan lama-lama ya”
“Iya
sayang, takut banget aku tinggal”
“Hehehe..
kamu juga gitu kan”
Malam
terus menyelimuti kota Pelembang kota yang memiliki sejuta kisah dan kenangan
didalamnya. Tak jauh berbeda dengan kota besar yang lain yang ramai dan panas. Dilihat
Vero, Nando sudah tertidur nyenyak mungkin terlalu lama dia menunggu hingga
Nando tertidur pulas. Vero bergerak disamping tubuh Nando dan meletakkan
kepalnya diatas kasur Nando. Hingga akhirnya Vero tertidur di samping nando.
Kini
Nando terbangun dari istirahatnya malam itu, dilihatnya Vero masih tertidur
pulas disampingnya.
“Happy Birhtday to you....
Happy Birthday to You,
Happy Birthday,
Happy Birthday, Happy Birhtday Vero..”
Vero
sedikit demi sedikit mulai membuka matanya dan melihat orang yang ada di
dekatnya telah bangun bersama gitar yang ada dipangkuannya
“Happy
Birthday ya sayang, Wish You can be better than before, keinginannya tercapai,
makin pintar, sukses terus, sehat and will be the last for me” kata Nando
mengucapkan dengan pelan.
Vero
masih tak mampu berkata apa-apa atas apa yang terjadi malam ini.
“Thank
you so much my dear, you’re the best, kamu anugerah terindah Tuhan buat aku, I
love you please Don’t leave me” Jawab Vero
“
I Love you too sayang”
Kini
kembali kedua insan manusia itu bernyanyi bersama merayakan Ulang tahun Vero ke
18 tahun. Dalam hubungan selalu ada ombak yang akan mampu menghempas kekuatan
cinta. Namun kekuatan cinta sesungguhnya akan mampu meredam ombak yang datang
silih berganti. Sayangilah orang yang ada di sampingmu seperti kamu menyayangi
dirimu sendiri. Karena kebaikan tidak akan berkhianat.