Sore
itu mungkin tak bisa aku lupakan lagi, bertemu dengan idolaku. Berada
dikerumunan orang yang sudah memenuhi tempat ini dan hanya terlihat beberapa
saja kulihat wanita di dalamnya. Lebih banyak laki-laki yang memenuhi tempat
ini. Karena memang acara seperti lebih banyak digandrungi laki-laki daripada
wanita.
Berbeda
dari sebelumnya saat aku datang ketempat ini untuk hal yang sama melihat aksi
dari idolaku beraksi di lapangan hijau. Kehabisan tiket VIP membuatku harus
membeli tiket tribun utama agar bisa melihat aksi dari idolaku secara langsung.
Bersama adikku perempuanku saat itu aku melihat aksi dari M.Roby secara
langsung untuk pertama kalinya. Dari tribun utama aku bisa puas melihat aksi
M.Roby yang begitu memukau sebagai Captain team.
Dan
hari ini aku juga hadir untuk melihat aksi dari Rivky Mokodompit, yang
melakukan pertandingan tandang ke pulauku, Pulau Madura. Namun berbeda dengan
pertandingan saat ini. tidak terlalu puas aku melihat aksi dari kak Rivky
berada di tribun ekonomi membuatku tak nyaman dengan kondisi ini.
Berbeda
dengan tribun utama yang meskipun dibilang masih terasa panas saat menonton, di
tribun ekonomi malah justru lebih menegangkan berdesak-desakan saat di pintu
masuk, dan lebih berdesak-desakan saat sudah berada di dalam stadion. Melihat
wajah kak Rivky di dalam lapangan saja teramat susah karena sudah sesak dengan
penonton yang lain yang sudah datang lebih awal untuk melihat pertandingan hari
ini.
Hanya
bisa melihat wajah kak Rivky sebentar saja dan melihat nomor punggung 33 yang
biasa dia kenakan saat bertanding menjaga gawang agar tidak kebobolan. Ada
perasaan menyesal karena tidak datang dari awal seperti saat melihat
pertandingan Persepam-MU Vs Persisam. Karena memang situasi yang berbeda saat
itu adikku pulang sekolah lebih pagi dari hari ini. namun sekarang adikku
pulang teramat siang dan nyaris sore. Sehingga aku pergi bersama teman-temanku
yang notabennya adalah bonek alias bondo nekat, yang setiap pertandingan adalah
tidak pernah membeli tiket justru menaiki stadion yang tinggi lumayan. Sehingga
demi menjagaku mereka rela tidak melakukan aksi seperti biasanya untuk menaiki
tribun atas stadion.
Namun
meskipun begitu tetap saja aku tidak dapat melihat aksi kak Rivky di dalam
lapangan hijau.
“Da..
gimana ini aku gak bisa lihat kak Rivky” kataku pada Huda saat berada di dalam
stadion
“Yaudah,
cari tempat lain kali aja bisa lihat, biasalah Na, kalau ekonomi ya gini”
katanya sembari mengajakku ke tempat yang lain
“Da..
kamu jagain aku di belakang ya”
“Iya,
sana maju mungkin bisa lihat”
“Duh
Da.. gak bisa aku kurang tinggi yang lihatnya cuman lihat nomor punggungnya kak
Rivky” kataku sembari meloncat-loncat namun tetap tak bisa melihat jalannya
pertandingan dengan sempurna
Entah
berapa lama aku melihat kak Rivky yang sebentar kelihatan, dan sebentar gak
kelihatan gara-gara orang yang ada di depanku juga ingin melihat pertandingan.
Kulihat Huda sudah tidak berada di belakangku. Dia duduk dibelakang bersama
Lukman dan anak-anak yang lain. Segera saja ku hampiri mereka, karena meskipun
melihat juga tidak membuahkan hasil. Lukman membuka handphonenya yang ternyata terdapat aplikasi TVnya.
“Nah...
itu Man ada TVnya kan, cepetan deh cari stasiun TVnya”
“Iya
sebentar” kata Lukman sembari mengotak-atik handphonenya.
“Nih udah ketemu” katanya sembari memberiku handphonenya.
“Yah
ampun, jauh-jauh datang ke stadion lihatnya di TV juga” kata Adi
“Yah,
gak papalah Di sekali-kali gitu” kataku
“Baru
sekarang aku lihat bola tapi gak lihat seragam pemainnya, gak lihat bentuk
bolanya” kata Lukman sambil tertawa.
Yah,
benar saja mereka tidak bisa nonton karena biasanya mereka menonton dari atas
pagar stadion meskipun tidak membeli tiket mereka masih bisa menonton jalannya
pertandingan 2 x 45 menit dengan puas. Namun saat ini karena aku, mereka tidak
seperti itu. Karena aku satu-satunya cewe dalam rombongan yang menonton
pertandingan.
“Ini
Nana, cuman pengen lihat Rivky Mokodompit, makanya biarpun dapat di tribun
ekonomi tetap berangkat” kata Huda yang mulai mengerti apa yang aku mau saat
ini.
“Iya
Da.. mengertian banget sih” kataku sambil melempar senyum
Sisa
pertandingan kita lihat dari luar stadion melalui handphone Lukman. Karena meskipun berada di dalam stadion kita
sulit untuk melihat pertandingan. Dan akhirnya Full Time skor berakhir 2-0 atas
Kemenangan Sriwijaya FC.
“Uye...
menang Man, kak Rivky gak kebobolan”kataku pada Lukman sambil mengembalikan handphonenya. “Ayuk ke depan pintu utama
ntar keburu banyak orang yang mau lihat pemain SFC” pintaku
Segera
teman-temanku mengikutiku untuk sampai di depan pintu masuk utama stadion. Dan
benar saja sudah banyak orang yang berkumpul di depan pintu masuk. Perasaanku
mulai tidak karuan. Kulihat dari luar belum ada tanda-tanda pemain SFC akan
segera meninggalkan stadion. Aku intip dari balik jendela stadion ternyata
Choach Khashartadi masih diwawancarai terkait kemengannya sore ini.
“Wih..
lama banget keluarnya” kataku dalam hati. Kulihat teman-temanku yang mulai
gelisah karena tim kesayangannya Persepam kalah dari Sriwijaya FC dan masih
menunggu hingga pemain SFC keluar dari stadion.
Nyatanya
penyakit gugupku masih belum sembuh juga. Gugup melihat idola secara langsung
dari jarak dekat membuat perutku seketika mulas. Gemetaran menjelang
detik-detik kepergian kak Rivky dari Bangkalan untuk melanjutkan laga tandang
selajutnya. Kulihat jam dilayar handphoneku
sudah menunjukkan jam 18.00 langit kota bangkalan sudah mulai gelap. Mungkin
kiranya beberapa wanita yang menyaksikan pertandingan hari ini sudah pulang,
tidak manungu hingga keluarnya para pemain SFC dari dalam stadion.
“Ahh..
ga papalah biarpun hari ini pulang malam, terakhir lihat kak Rivky dilaga
tandang hari ini pokoknya harus bisa ketemu sama kak Rivky” kataku dalam hati
mulai gelisah karena para pemain SFC tidak kunjung keluar dari dalam stadion.
Akhirnya
beberapa polisi mulai keluar dari dalam stadion dan Bus dari Sriwijaya FC mulai
bergerak ke depan pintu masuk. Segera saat itu juga aku bergerak mendekati para
polisi agar bisa berada tepat di belakangnya.
“Pak
maaf pak, mau lihat kak Rivky” kataku pada pak polisi sehingga dilonggarkan
penjagaannya untukku.
Satu
persatu pemain mulai keluar dari dalam stadion.
Dan para penonton mulai minta bersalaman dengan pemain SFC. Ada yang
meladeni salaman para fans, ada juga yang acuh dsambil terus bergerak menuju
Bus. Kulihat wajah Rivky Mokodompit tak kunjung keluar dari dalam tribun. Perasaan
gelisah kembali datang karena makin lama bertemu dengan Rivky Mokodompit.
Dan
akhirnya hampir semua pemain SFC keluar dari dalam stadion. “Nah itu kak Rivky”
kataku
Segera
saat pertama kali melihat wajah Rivky Mokodompit keluar, berteriak sekencang-kencangnya
meskipun dia saat itu masih 3 meter
belum sampai di dekatku. Kak Rivky yang awalnya menunduk langsung
menghadap ke depan.
“
Kak Rivky.. Kak Rivky.... Kak Rivky” kataku seraya menarik tangannya dan tak
aku lepas sebelum akhirnya polisi yang menjaga, menahanku dan memaksaku untuk
melepas tangan kak Rivky.
Segera
ku berlari ke samping Bus, mencari wajah Rivky Mokodompit dari luar Bus. Niat
awal yang ingin mengambil gambar kak Rivky saat keluar dari stadion tak bisa
kulakukan karena tanganku terlalu berkeinginan untuk memegang tangan kak Rivky
untu yang terakhir kalinya.
“Kak
Rivky, kak Rivky !!!” panggilku dari luar Bus saat sudah mulai menemukan tempat
duduknya. Dan usahaku berhasil meskipun sambil melompat-lompat agar dia bisa
mendengarku meskipun dari luar Bus. Kak
Rivky menoleh ke arahku dan memberiku kesempatan unyuk mengambil gamabarnya.
Hanya 1 gambar yang berhasil aku ambil. Bus yang membawanya ke surabaya mulai
bergerak maju meninggalkanku yang masih berkeinginan lebih lama melihat wajah
kak Rivky.
“Kak
Rivky Good Luck, hati-hati” itu kataku yang terakhir sebelum dia pergi
meninggalakan Bangkalan.