Tak ada kisah tentang cinta yang
bisa kita tahu kapan datangnya, kepada siapa dia berlabuh, dan siapa saja yang
mampu dia satukan dalam sebuah ikatan cinta. Cinta tak selalu antara dua insan
yang berbeda, tak harus selalu harus diucapkan dalam sebuah kalimant yang sudah
tidak asing lagi bagi kita “Aku Cinta Kamu”.
Pagi itu matahari sudah keluar
dari peristirahatannya. Tampak cahaya yang setiap pagi mengiringi setiap
langkah manusia dalam mengukir kisah hidupnya, ataupun kisah cintanya yang tak
pernah bisa orang ketahui apakah kisah sedih atau kisah bahagia. Seperti
pepatah mengatakan “Kemarin adalah kenangan, hari ini adalah impian”. Saat
bangun dari tidur seseorang akan selalu berharap semoga hari ini menyenangkan,
membahagiakan, dan tidak menyisahkan sebuah kesedihan.
Ella belum keluar dari kamarnya,
jam di dinding sudah hampir menunjukkan jam 6 pagi. Semua anggota keluarganya
sudah mulai membereskan perlengkapannya masing-masing untuk menjalankan
aktivitasnya pagi ini. Ella biasa bangun pagi dan biasa juga keluar kamar
paling akhir. Dia masih berpacu pada pensil warna dan buku gambar yang ada di
depannya. Entah berapa lama dia bersatu dengan imajinasinya, menuangkan dalam
sebuah gambar sketsa wajah, komik, kartun, atau design baju.
“Kring…. Kring… Kring” suara
alarm yag berada di atas mejanya sudah mulai bordering. Dilihat waktu sudah
menunjukkan jam 06.10 segera dia mulai mengenakan seragam batik SMAnya yang
menjadi melambangkan identitas sekolahnya. Ella mulai memasukkan buku
pelajaran, pensil warnanya, buku gambarnya, serta kaos team basketnya ke dalam
tas ranselnya yang berwana coklat muda tanpa kombinasi warna lain.
“Ma… Nanti aku ada sparing di SMK Kartika doain Ella ya”
pintanya pada mamanya saat semua keluarganya berada di meja makan untuk sarapan
pagi
“Iya, mama doakan El, jam berapa
?”
“Jam 8 ma…”
“Halah… Kak Ella orangnya tinggi
gak sampe’ 1,5 meter ikut main basket mang bisa masukin bola ke ring basket”
goda Rony adikknya yang masih kelas 2 SMP
“Yehh.. ngeremehin gue lho Ron
kecil-kecil gini aku play maker”
jawabnya sampil memelet pada adik satu-satunya itu
“Hahaha… paling pelatihnya
kasihan liat kamu kondisi kakak yang pasti jadi pemain paling kecil”
“Sudah.. sudah makan dulu nanti
keburu siang “ kata ayahnya
****
Ella Meydasha seorang gadis
kecil yang lahir di awal bulan mei dengan impian besarnya menjadi seorang pemain
basket yang handal. Ella bisa dibilang gadis yang gak mau menyerah pada
keadaan, banyak orang selalu menganggapnya remeh dengan postur tubuhnya yang
seperti kata adikknya katakan tidak sampai 150 cm. Terutama untuk seumuran
kelas 2 SMA. Namun baginya tidak akan ada perkembangan jika hanya memikirkan
omongan orang. Orang-orang yang hanya mengejeknya adalah sebagai penghancur
mimpinya. Dan Ella tidak mau impiannya hancur hanya karena omongan orang.
Sebelum berangkat ke SMK Kartika
semua pemain berkumpul di lapangan basket sekolah untuk mematangkan strategi
yang akan digerakkan saat pertandingan nanti. Semua pemain sudah bersiap di
lapangan basket siap mendengarkan instruksi dari pelatih.
“El, nanti kamu jadi kapten
team, karena Irina sekarang sedang sakit jadi dia tidak bisa ikut sparing hari ini. Kamu siap ?” Tanya Pak
Arya yang sudah menjadi pelatih tetap team Basket SMA 4 Bangkalan.
“Iya pak Siap !” Jawabnya dengan
tegas.
“Yasudah sebelum berangkat kita
berdoa bersama-sama dulu. Berdoa menurut keyakinan masing-masing …. berdoa
mulai” perintah Pak Arya
Segera para pemain SMA 4
Bangkalan mulai melaju menuju tempat pertandingan. Tak kurang dari 15 menit semua
pemain sudah tiba di SMk Kartika. Dan semua
pemain SMK Kartika sudah melakukan pemananasan. Beberapa siswa yang
memiliki jam kosong tampak berada tak jauh dari tempat pertandingan untuk
memberikan dukungan. Bukan rahasia lagi kalau siswa SMK Kartika adalah supporter
yang loyal dalam memberi dukungan pada teamnya kebanggaanya. Dalam pertandingan
basket yang diadakan oleh Pemerintah Daerah tahun lalu hampir separuh tribun
diisi oleh supporter SMK Kartika meskipun hasil akhirnya SMK Kartika kalah
dengan SMA St. Louis
“Kartika , Go.. Go.. Kartika”
suara supporter mulai terdengar saat permainan sudah dimulai.
Tampakknya pemain SMA 4 mulai
minder dengan kondisi supporter yang begitu antusias memberi dukungan pada SMK
kartika.
“Ye…. Ye… Ye… “ Suara kembali
bergemuruh saat pemain SMK Kartika melakukan Three Point Shutout
Ella terus memacu semangat
teman-temannya untuk bisa mencetak point. “Ayo teman-teman gak usah dengerin
omongan supporter” katanya pada seluruh pemain SMA 4.
“Priiiiiiitttt… Priiiiiiiittttt…..
“ pertandingan berakhir skor dengan 20-11 yang dimenangkan oleh SMK
Kartika.
Semua pemain bergerak menuju
keluar garis lapangan basket, semua pemain, maupun supporter SMK Kartika
bersorak sorai menyaksikan kemenangan team basketnya.
“Pak… Maafin Ella ya, gak bisa
kasih kemenangan buat team”
“Gak papa El, kamu udah bisa
nyumbang 5 point itu udah bagus, apalagi kamu sudah menjalankan tugasmu sebagai
kapten dengan baik” kata Pak Arya menenangkan anak asuhnya saat pertandingan
sudah selesai.
Akhirnya semua team basket putri
bersalaman seusai pertandingan selesai sikap srortif harus terjalin di luar
maupun di dalam lapangan, sebelum ataupun sesudah pertandingan berlangsung. Dan
kini pertandingan antara team putra sudah bersiap-siap dijalankan.
“Bak Sara… tahu toilet dimana
gak ?” tanya Ella yang sudah mulai kebelet.
“Itu ada di dekatnya lab
komputer El” Jawabnya
“Anterin aku yuk.. kebelet
nih..”
“Wah.. gak bisa seru nih
pertandingannya” katanya saat menyaksikan pertandingan team cowok
Dilihatnya semua pemain asyik
menonton pertandingan. Dan akhirnya Ella berangkay sendirian ke toilet. Dia
mulai mencari tulisan Lab Komputer yang ditunjukkan Bak Sara.
“Nah… Ini dia Lab Komputernya “
Segera dia berlari untuk cepat
sampai di toilet.
“Brukkkkk !!!!” Ella menabrak
seseorang yang ada di depannya
“Eh.. Lho jalan gak lihat-lihat
ya…” kata seseorang laki-laki yang Ella tabrak
“Iya… maaf-maaf aku lagi
buru-buru mau ke toilet”
“Kalau toilet cewe itu belok
kiri bukan belok kanan”
“Haaah… “ Dilihatnya papan
penunjuk yang ada di atas kepalanya memang benar kalau toilet cewe ada di sebelah
kiri lab computer.
Segera Ella berlari menuju
toilet untuk segera mengeluarkan hasil ekskresi yang sudah banyak tertampung di
kantong kemihnya. Laki-laki itu sudah bergabung kembali dengan teman-temannya.
Dan saat Ella sudah selesai dari toilet pertandingan sudah tinggal 5 menit lagi
dan kali ini SMA 4 Bangkalan juga kalah dengan selisih 20 point. Akhirnya pihak
tuan rumah mampu memberi tontonan pada para supporternya.
****
“Dummm… Dummmm… Dummm” suara
pantulan bola basket terdengar tak ada hentinya. Entah berapa lama dia bermain
hingga air yang sudah dibawanya hampir habis. Ella menyesali kesalahannya
karena tidak mampu memberikan kemenangan bagi teamnya.
Dia duduk di bawah ring basket
dengan nafas yang saling berburu. Ella diam dalam pandangan kosongnya, detak
jantungnya terdengar begitu cepat, terlihat bahwa baru saja dia sudah berkali
kali memantulkan bola dan memasukkannya ke dalam ring
“Latihan terlalu keras itu gak
baik” kata seseorang yang berada disampingnya sambil memberinya sebotol air
mineral.
“Kamu” tanya Ella terkejut pada
orang yang ada di depannya.
“Nih minum… berlama-lama bermain
dengan bola pasti capek”
“Ngapain kamu disini, kamu cowo
yang aku tabrak tadi pagi kan ?”
“Iya… aku Ricky, kamu siapa ?”
“Aku Ella”
“Emmmhh… kamu lumayan bisa main
basket, tapi satu yang tidak boleh kamu lupakan saat bermain basket” katanya
seperti seorang yang sudah berpengalaman dalam dunia basket
“Maksud kamu ?”
“Semua permainan itu harus
dilakukan dengan hati. Kamu gak boleh sekali-kalipun bermain basket dalam
keadaan marah, karena itu hanya membuat kamu menjadi dipermainkan oleh basket
itu sendiri. bukan kamu malah yang memainkkannya. Memasukkan bola kedalam ring
basket bukan hanya soal keberuntungan tapi juga skill pemain, dan kondisi
pemain. Kalau pemainnya udah gak bisa control dirinya bola juga susah buat
masuk. Permainan kamu tadi bagus, tapi aku kira kamu bakalan bisa masukin bola
lebih banyak lagi kalau kamu bisa tahan emosi kamu dan tidak terpancing dengan
kondisi di dalam atau di luar lapangan. Ngerti kan ?”
“Lho kok tahu semua tentang
basket, kamu pemain basket juga ?”
“Menurut lho, dengan kondisi
kaki gue yang kaya’ gini, mungkin gak jadi pemain basket? Yaudah ayuk
mulai latihan lagi, udah selesai kan
ngos-ngosannya”
Ella mulai memantulkan bola
basketnya di atas lapangan, kali ini dia bermain dengan hati dan cintanya pada
basket dengan bantuan Ricky yang berada di pinggir lapangan.
“Ingat El, anggap ring basket
adalah impian kamu yang ingin kamu raih. Gunakan hati kamu saat bermain basket”
teriaknya Ricky pada Ella
Ricky seolah memberi angin segar
bagi permainan basket. Ella yang selalu tidak sabaran kala dia tidak kunjung
memberi point bagi teamnya, karena perannya sebagai play maker. Teringat dahulu dia mendapat Foult sehingga dia tidak bisa mengikuti pertandingan sampai akhir.
Ricky tersenyum saat Ella mulai sedikit demi sedikit bisa memasukkan bola pada
ring.
****
“Hai El, udah makin pinter nih
main basket sekarang “ godanya saat dia tiba di lapangan basket menyaksikan
Ella bermain basket.
“Lho kok tahu gue ada disini ky
? Padahal aku jarang main disini” jawab Ella
“Ya.. feeling aja sih, lagi pula
aku sering jalan-jalan menjelang sore disini”
“Ky… tanding sama aku yok” pinta
Ella
“Gue gak bisa El, lho gak lihat
kaki gue ?” katanya sambil menunjuk kakinya yang pincang
“Iya gue tahu, sampai kapan kamu
bakalan lari dari basket. Ricky Arfian pemain basket terbaik tahun 2010 yang
ngebawa SMK Kartika Juara 1 di Event
Basket Ball Tingkat SMA. Dan sayangnya pemain terbaik itu kecelakaan saat
akan menghadapi pertandingan dan sekarang sedikitpun dia tidak pernah menyentuh
basket. Dan sialnya aku baru tahu kalau nama yang sering aku dengar permainan
terbaikknya adalah orang yang ada di depanku.
“Pernahkah
kamu mendengar kisah John Stephen Akhwari seorang pelari marathon yang memasuki
finish terakhir di Olympic Stadium,
Mexico City dalam rangka Summer Olympic tahun 1968. Jhon yang sebelumnya,
pada awal perlombaan marathon tersebut mengalami tabrakan fatal dengan pelari lari. Ia diminta berhenti karena lukanya yang cukup parah dan berceceran darah.
Namun ia tidak mau, ia tetap berlari menuju garis akhir finish. Karena dia
bilang Negaranya tidak mengirim 7000 mil ke mexico untuk memulai pertandingan,
mereka mengirimnya untuk menyelesaikan pertandingan”
“Tidakkah kamu
ingin seperti John Stephen yang tidak mudah menyerah untuk terus berlari hingga
finish, tidak peduli bagaimana hasil akhirnya dia menang atau tidak yang pasti
dia sudah menyelesaikan tugasnya untuk negara”.
“Mungkin saat
kamu berhenti dari team basket, kamu pikir masih banyak yang akan
menggantikanmu. Selain kamu membuat Kartika kehilangan pemain terbaiknya, kamu
juga menyiksa hatimu sendiri yang sudah susah payah membangun mimpimu menjadi
pemain baskt yang berbakat, dan semuanya kamu kubur dalam-dalam padahal kamu
masih. Tidakkah kamu merasa tersiksa dengan menyembunyikan mimpimu”
“Kamu tahu El,
kamu salah aku tidak pernah bermimpi menjadi pemain basket” jaawab Ricky
“Oh iya, kalau
gitu tatap aku dan jelaskan” desak Ella
“Sudah malam
aku balik duluan, kamu juga” jawabnya seraya meninggalkan Ella di lapngan
basket.
****
Sudah
3 bulan lebih Ricky tak pernah lagi menemui Ella di lapangan basket seperti
sebelumnya. Padahal Ella sangat membutuhka Ricky sekedar untuk memberinya
semangat dan mengingatkannya bahwa saat bermain haruslah dalam keadaan senang
seperti sebelumnya yang pernah dilakukan. Dan sebentar lagi Ella akan mengikuti
pertandingan basket antar SMA/SMK di kotanya yang sudah digelar tiap tahunnya.
****
Pertandingan
putra pertama antara SMK Kartika Vs SMA Lucas. Ella sudah berada di tempat
duduk penonton menyaksikan pertandingan
pertama dengan teman-teman basket sekolahnya. Di sisi tribun barat sudah diisi
hampir semua SMK Kartika yang sudah terkenal dengan loyalitasnya.
“Kartika...
go..go kartika.... kartika menang.. kartika Yes !” teriak para supporter
bersamaan. Sungguh ramai sekali akibat aksi dari supporter SMK kartika. Suasana
makin riuh saat para pemain mulai memasuki lapangan.
“Wah..
itu siapa pemain Kartika yang kakinya pincang ?” Tanya Irina
“Mana
?” tanyaku kaget karena baru saja membalas pesan singkat dari adiknya Rony. Segera
Ella clingak-clinguk mencari orang yang dimaksu Irina
“Ricky?”
kataku kaget saat melihat Ricky mulai mengenakan kaos team basket lagi dan
memasuki lapangan basket lagi.
“Oh
iya, itu Ricky yang 2 tahun lalu jadi pemain terbaik itu ya”
Segera
Ella berdiri dan meneriakkan nama Ricky dari bangku penonton “Ricky... Ricky...
Semangat Ky, kamu pasti bisa”, teriaknya. Namun Ricky tak juga menoleh pada
Ella yang memberinya semangat. Segera Ella mengambil buku dari dalam tasnya dan
menulis “Ricky ... Semangat Sampai Akhir
John Stephen”. Ella berharap Ricky tahu bahwa dirinya selalu mendukungnya.
Usaha Ella
kali ini membuahkan hasil Ricky melihat apa yang dialkukan Ella, dan diapun
tersenyum pada Ella.
“Priiiitttt...
Priiiiiiiitttt...... !”
Pruit sudah
dibunyikan dan pertandingan babak pertama sudah dimulai. Para supporter mulai
meneriaki teamnya dengan yel-yel masing-masing, kusaksikan setiap pergerakan
dari Ricky yang meskipun tidak begitu lincah dalam berlari, namun taktiknya
dalam menyerang sungguh mengagumkan. Penampilan Kartika sungguh mengagumkan
saat pertandingan, dan masing-masing saling berusaha meraih point.
****
“Ky...
ini hadiah buat kamu” kata Ella saat
pertandingan sudah selesai.
“Apa
ini El.. ?” tanyannya
Dibukanya
hadiah dari Ella. Sebuah gambar laki-laki yang mirip dengan Ricky yang
mengenakan kaos team basket dengan tulisan DBL dibelakangnya.
“El,
makasih ya.. udah buka hati aku buat mau main basket lagi, kamu bener apapun
rintangannya jangan pernah ngubur mimpi kita”