Selasa, 06 Agustus 2013

Aku dan Kanjuruhan dengan Sejuta Cerita

Bukan menjadi rahasia lagi kalau aku sangat mengidolakan M.Roby. sudah sejak kelas 3 SMP aku sangat mengidolakannya. Bahkan hingga saat ini, kelas 3 SMA. Dan pastinya sudah sangat berhasrat ingin bertemu dengan idolaku itu.

5 April 2012,
Aku mendaftar sebagai calon mahasiswa di sebuah Universitas di Malang, tepatnya di Universitas Kanjuruhan Malang. Mengingat nama kanjuruhan pasti bukan hal yang asing. Tepat sekali Satadion Kanjuruhan, Home Base dari Team kebanggaan orang Malang, Arema. Di stadion itulah sering diakan pertandingan antar club-club di Indonesia. Dan pastilah M.Roby dan pemain lainnya juga akan datang ke stadion ini untuk melakukan pertandingan tandang mereka.

Dan Universitas Kanjuruhan, salah satu jalan kupikir agar bisa bertemu dengan idolaku itu, Bang Roby. Dengan Jurusannya yang aku juga suka di kampus itu Pendidikan Bimbingan dan Konseling. Jurusan kuliah yang sangat aku inginkan, letak kampus yang dekat dengan stadion Kanjuruhan, serta kota Malang yang sejuk dengan berbagai macam wisata dan pemandangan alamnya yang luar biasa, serta sahabat dan cintaku yang juga ada di kota Malang.

28 April 2012
Hari pengumuman Calon Mahasiswa Universitas Kanjuruhan yang diterima melalui jalur PMDK. Ku lihat namaku tidak terdaftar dalam 35 orang di pengumuman itu. Hingga pada akhirnya temanku mengabarkan bahawa aku diterima melalui jalur PMDK, di urutan ke 112 dari 120 orang yang diterima.

Segera kuceritakan tentang kabar bahagia tersebut. Namun, rasanya memang bukan waktu untukku untuk melanjutkan kuliah. Kecewa, pasti karena itu adalah salah satu impianku untuk kuliah dan di tempat yang sangat aku inginkan. Namun orang tuaku tidak setuju dengan alasan yang cukup klasik. Letak Malang yang cukup jauh, dan tak ada saudara disana. Serta krisis ekonomi yang melanda, berbarengan dengan adikku yang juga akan melanjutkan sekolah ke SMA, otomatis biaya pebdidikan yang juga semakin bertambah. 

Dan beberapa masalah keluarga yang membutuhkan dana serta otak yang terus berputar untuk menemukan sebuah solusi.

Akhirnya aku yang mengalah, tidak dapat restu dari orang tua itu juga tidak baik, tidak akan jadi apa-apa seorang anak ynag tidak mendapatkan restu orang tua. Benar saja kalaupun aku sudah berusaha hasilnya tetap saja. Hingga harus aku akui, Tidak Kuliah tahun ini Kanjuruhan.

Dari kejadian itu aku mencoba percaya, pasti akan ada hal lain yang Allah berikan untukku. Disaat aku sudah berjuang keras agar dapat kuliah, namun harus terhenti karena tidak mendapat restu dari orang tua. Restu Allah juga bergantung pada restu kedua orang tua.

Menjalani rutinitas bukan sebagai seorang mahasiswa bukan halyang aku inginkan. Terlebih saat teman-temanku sudah mendapat almamter mereka masing-masing. Selama setahun membantu ibu berjualan serta menjalani seorang guru Les Private yang membutuhkan kesabaran ekstra dalam mengajar. Barang kali inilah yang guruku rasakan saat mengajar terlebih jika ada murid yang tidak mendengarkan ditambah tidak tahu untuk mengerjakan. Setiap saat dalam perjalanan berangkat mengajar hanya 1 doa yang tak pernah terlupakan semoga muridku semangat belajar. Karena memang, walaupun kita malas untuk mengajar namun murid kita yang sudah sangat berkeinginan belajar, hasrat untuk mengajar juga akan timbul untuk mencerdaskan anak bangsa.

Dan membantu ibuku berjualan terasa bagaimana capeknya ibu berjualan seorang diri, kala aku berangkat sekolah, dan meminta uang saku setiap hari. Putar otak agar kompor di dapur tetap menyala kala dagangan mulai sepi. Sungguh besar perjuangan untuk memperoleh rupiah tiap harinya. Hal yang tak pernah aku tahu saat aku berada di bangku sekolah. Bahkan aku justru lebih sering ada di sekolah membantu tugas OSIS dibandingkan membantu tugas di rumah.

Dan Allah mengajarkan aku tentang bagaimana harusnya kita bersyukur dan tak mudah menyerah dalam menghadapi juian hidup. 18 tahun, waktu yang tepat memang sebagai bekal dalam pendewasaan.

Setiap bulan aku juga kini mampu memperoleh gaji. Pekerjaan pertamaku sebagai seorang tenaga pengajar. Tidak banyak, tapi cukuplah dari pada menjadi seorang pengangguran yang hanya menonton televisi tau bermalas-malasan di rumah.

Dan kabar baik kini mulai datang, Persepam MU masuk di kompetisi ISL (Indonesi Super League). Dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah Stadion Gelora Bangkalan (SGB) yang baru saja selesai diresmikan menjadi stadion HomeBase dari Persepam. Dan akupun rasanya tidak harus jauh-jauh ke Malang agar bisa menyaksikan M.Roby dan Rivky Mokodompit bertanding dan menyaksikan secara langsung tanpa bantuan siaran Televisi.

Dengan gaji yang aku terima setiap bulan sudah aku siapkan untuk nonton pertandingan Persepam melawan Persisam. Kali pertama nonton bola langsung di stadion bersama adikku. Untunglah biarpun aku mendukung tim tamu tidak jadi masalah karena biarpun yang ada di stadion ini adalah pendukung dari Persepam Madura United, kita tetaplah adalah 1 suku yakni suku madura. Entah apa yang aku lakukan jika misalnya ada di 

Stadion Kanjuruhan. Berteriak seorang diri mendukung team lawan mungkin dikira adalah sebagai penyusup di tengah supporter. Dan meskipun baru pertama kali nonton bola dengan notaben laki-laki di sisi kanan maupun di sisi kiri. Keamanan tetap terjaga meskipun aku dan adikku sama-sama cewek. Dan SGB pun tiket masuk lebih murah dibandingkan dengan di Kanjuruhan. Kanjuruhan di kenal dengan stadion yang memberikan tiket masuk paling mahal di Indonesia.

Dan menyusup diantara orang-orang demi bertemu M.Roby dari jarak dekat dan bersalaman akhirnya bisa terlaksana tanpa harus ke malang, dan bertemu dengan Rivky Mokodompit dan bisa sekaligus bisa foto bersama di SGB. Subhanallah inilah rahasia Tuhan atas semua kehendakknya aku tidak diijinkan ke Malang karena di Bangkalan sendiri aku bisa bertemu dengan idolaku, M.Roby dan Rivky. Dengan tiket masuk yang lebih murah.

Apa kabar dengan sahabatku sekaligus cintaku disana. Ka Lydia dia sudah pindah ke Bandung dan Mas Adam aku tak lagi mengingatnya mungkin dia memang bukan jodohku, dan tidak seharusnya aku kejar dia hingga ke Malang, toh belum tentu aku juga akan sama dia. Karena jodoh pasti tak kan kemana. Biarlah cintaku pernah ada di kisahku dengan kanjuruhan.

Lalu, bagaimana dengan kuliahku. Keinginanku untuk dapat melanjutkan sekolahku. Bukankah jalanku ke kanjuruhanutamanya adalah kuliah.

Aku melamar sebagai calon peserta bidik misi, dengan mengikiti tes SBMPTN. Dan hasilnya adalah sayang sekali, aku tidak Lulus. Dan aku pasrah hingga satu lagi kesempatan bagiku untuk dapat berkuliah Ujian Mandiri di UTM, iya itulah satu-satunya ujian yang haruis aku lewati jika mau Kuliah tahun 2013. Dan tidak menjadi seorang yang orang bilang pengangguran. Aku kira bukan pengangguran karena aku bekerja, dan tiap bulan aku juga mendapatkan gaji. Tapi ah biarlah, iyakan saja orang bilang apa takmungkin aku jelaskan satu-persatu kepada orang tentang pekerjaanku.

18 Juli 2013
Pengumuman calon mahasiswa yang lulus tes Ujian Mandiri. Aku pasrah dengan hasil yang aku terima. Hingga pada saat aku bangun dari tidurku karena ada pesan singkat masuk dari temanku Dina memberitahukan bahwa aku LULUS Ujian Mandiri UTM. Bergemetar tubuhku membaca kabar itu dan langsung sujud syukur. Inilah kali pertama aku nangis benar-benar karena bahagia dan inilah pertama kali aku melakukan sujud syukur. Rasanya benar-benar luar biasa bahagia. Jalanku untuk kuliah, kesempatanku untuk kuliah tahun ini, Allah bukakan jalan untukku.

Ku beritahukan kabar itu kepada ibuku. Dan ku cium pipinya. Entah sudah berapa lama aku tak pernah mencium pipi ibuku.

Serasa masih dalam mimpi bahawa aku akan kuliah mengenakan almamater, bukan lagi jaket atau kaos oblong saat aku mengajar atau kuliah ataupun berjualan. 
Dan tak  lagi malu saat orang menanyakan “Kuliah Dimana?” karena sebentar lagi aku akan dapat jawabannya.

Dan Allah memang meberikan yang terbaik untuk hambanya. Buka Perguruan Tinggi Swasta, namun Perguruan Tinggi Negeri yang allah berikan untukku. Biaya yang lebih murah pastinya dari pada aku kuliah di kanjuruhan yang merupakan Perguruan Tinggi Swasta. Dan letak malang memang cukup jauh, entah apa yang harus aku lakukan di tempat jauh saat uang sudah tidak ada dan tak mampu membeli tiket untuk pulang ke Madura.

Dan UTM mungkin lebih mudah, selain masih dalam satu kabupaten dengan rumahku. Beberapa mahasiwa lain adalah temanku yang berasal dari satu kecamatan yang sama.

Inilah rahasia Allah yang ditunjukkan padaku perlahan-lahan namun pasti. Kita tidak tahu apa yang terbaik untuk kita, karena hanya Allah yang tahu. Dan tetaplah sabar dan yakin bahwa disetiap kegundahan dan masalah akan ada penyelesaian bahkan ada pelangi setelah hujan. Tetaplah percaya bahwa Allah tidak pernah tidur, dan kita tidak sendiri Allah bersama orang-orang yang bertakwa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar