Minggu, 25 Agustus 2013

Jalanku Denganmu

Dan nyatanya kita pasti sudah tahu bahwa setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, maupun tahun yang akan datang adalah sebuah harapan. Harapan yang tak kita tahu bagaimana endingnya atau proses untuk menjadi sebuah hasil.

Kemarin kau sudah menuliskan sebuah kisah. Hari ini juga menuliskan kisah. Kisah yang barangkali inilah yang terbaik. Kita tdak pernah tahu rahasia Tuhan. Dan kujadikan Tuhan sebagai sandaran disetiap kisah dan kenanganku. Entah itu baik atau buruk. Bahkan terkadang kenangan baikpun bisa berubah menjadi kisah yang endingnya tak begitu baik jika kita tak pernah mengingat siapa yang mengatur kisah kita disetiap waktu.

Aku selalu bermimpi denganmu, berharap denganmu pastinya. Namun saat jalan itu ada, ada kisah lain dari jalan yang kulalui. Tidak seperti yang kubayangkan bahwa jalan itu akan mulus. Atau mungkin saja aku akan menuju jalan yang lain.

Pepatah lama selalu mengatakan Tuhan tidak pernah memberi apa yang kita mau, tapi memberikan apa yang kita butuhkan. Yah, barangkali itu, kamu bukan yang terbaik untukku. Atau bisa jadi kamu memang terbaik untukku namun di waktu yang lebih baik nanti., bukan saat ini.

Jumat, 23 Agustus 2013

The First Time :)

Cinta mang gak pernah kita tahu, kapan dia datang, dengan siapa dia datang, bahkan pada siapa cintanya berlambuh. Cinta kata yang tak pernah habisnya untuk dibahas, setiap orang punya pendapatnya sendiri. Mulai dari kentut sebagai persamaanya hingga mata pelajaran juga disangkut pautkan dengan cinta. Mungkin semua yang ada di dunia ini adalah cinta jika kitanya mampu mengolah tiap kata demi kata hingga menjadi sebuah kalimat yang bisa dikatakan "oh iya benar juga"

Cinta, aku tak pernah suka jika ditanya "menurut kamu apa itu cinta ?" kebanyakan hanya modud, modus untuk biar lebih dekat. Wajar, dekat itu perlu cinta ya kan.

cinta itu rahasia Tuhan, udah gitu aja kalau ditanya seperti itu. dan hingga umur 19 tahun seperti ini. belum dapat yang benar-benar cinta. hiuuuuhhh -_-

kadang kita juga seseorang yang kita suka belum tentu jadi milik kita. Dan yang tak pernah kita bayangkan malah jadi milik kita. Rahasia Tuhan keren gak pernah jebol kaya' soal Ujian nasional.

Masa lalu itu kisah, kisah yang tak mungkin dapat ku hapus, dan gak tahu juga moment itu akan bertahan lama. hahaha mungkin dalam waktu dekat atau jangka lama. Saya pasrahkan saja jodohku.

kakak senior itu, the first time meet with him, dan kata pertama itu. sudah lama aku menanti hari itu. namun saat hari H, malah lupa jika saat ini adalah jadwal yang Allah tentukan untuk bertemu dengan cara yang biasa pastinya, bukan aku atau kamu atas pertemuan itu. Hahahaha.. keadaaan yang sudah Allah tentukan dengan cara yang tak biasa.

aku sudah tahu namamu, kamupun juga sudah tahu namaku. namapun kita juga sudah saling tahu. tapi hanya kita yang tak pernah ada kesempatan untuk bertemu. Dan kitapun juga tak pernah berusaha untuk bertemu. Hingga saat ini waktu telah tiba.

dan tak asing lagi menemukan sebuah wajah itu, sebelum orang lain memangilmu, aku sudah tahu jkalau itu kamu. hahahaha..

dibalik kerumunan orang aku bersembunyi, namun akhirnya kita sama-sama tahu walaupun tidak saling memberitahu. yah momen itu, wajah itu, suara itu,untuk yang pertama kalinya. saling tertawa atas wajah masing-masing. Hahahaha..

Entah, itu cintaku, musuhku, temanku, sahabatku, atau bukan jadi apa-apa, alias sampai saja dihari itu kita tidak pernah tahu. Yang pasti Tuhan tahu yang terbaik untukku.

Kak Lydia selalu bilang "Percaya dek, jodohmu bakalan segera datang, hanya kita yang tak pernah tahu pastinya kapan"

Jadiii.. segalau apapun kondisi rasa, segoyah apapun itu, tetap percaya semua akan baik-baik saja. dan Indah pada waktunya :)

Selasa, 20 Agustus 2013

ORMABA 2013 Part 1

cieee.. mau jadi calon mahasiswa cieee....
Alhamdulillah tahun 2013 udah bisa mengikuti Ospek. di UniversitasTrunojoyo Madura. dan haruslah mengikuti apa yang disebut ORMABA (Orientasi Mahasiswa Baru) atau juga bisa dikenal dengan nama OSPEK entah apa singkatan dari apa.

Pengenalan tempat baru, suasana baru, orang-orang baru, kegiatan baru semua ada disini. sangat jauh berbeda dengan apa yang ada di sekolah yang notaben adalah masih memakai seragam sekolah sebagai aturan wajib bagi seorang siswa. Semua diatur oleh aturan yang dibuat sekolah. dan jikalaupun aturan itu tidak sesuai dengan hati mereka, mereka akan tetap melakukannya.

namun di sebuah Universitas suasananya menjadi berubah. Bukan karena ORMABA yang membuat badan menjadi kurus, dikarenakan kurang istirahat dengan kegiatan yang segudang kegiatan dan penugasan yang harus diselesaikan dalam waktu satu malam.

Namun yang membuat aku merasa asing adalah pola pikir, dan pola hidup setiap orang yang ada disini. Sebuah Universitas terutama negeri pasti akan memiliki sejumlah mahasiswa yang berada dalam perautauan alias diliuar kota kampus itu.

Banyak hal yang membuatku seolah merasa takut jika tak mampu beradaptasi dan memilah, serta memilih sesuatu yang aku anggap baik. Pola pikir yang berbeda dengan anak SMA, pantas saja karena mereka adalah Mahasiswa, Siswa yang Maha alias paling berada diatas semua siswa. Jaman SMP yang hanya ikuti saja apa kata dari atasan, kini berubah. Tidak setuju sedikit saja massa bergerak. Kadang aku berfir siapa yang mengajari mereka seperti itu. Dosenkah ??
Bukankah itu hanya akan menurunkan mereka, jika suatu saat massa berdemo pada Dosen.

Selasa, 06 Agustus 2013

Support Rivky Mokodompit

 Hanya iseng-iseng aja mau buat tulisan yang unyu-unyu bin unik, akhirnya coba cari gambar yang keren akhirnya dapat inspirasi yang bisa dibilang oke,
akhirnya gue ambil gunting, kertas, sama bolpoin warna gue buat tulisan support buat abang atau kaka Rivky.
Dan hasilnya bisa dibilang gak terlalu bagus. hingga akhirnya gue menerawang jauh dan menemukan sebuah inspirasi lagi yaitu "crayon"

Gue sih gak bisa gambar, cuman tak tempel pake lem terus gue coret-coret aja kertasnya. hehehehe ky' pelukis kan gitu asal corat-coret aja, cuman bedanya kalau mereka tahu apa yang mau mereka buat. Nah gue mau pake warna apa aja masih bingung.

Dan alhasil dengan tangan initasi gue yang sok-sokan jadi pelukis akhirnya gak terlalu bagus. Tapi gak terlalu jelek juga. Jadilah sebuah karya yang bisa dibilang gue bangga sama hasil gue ini. Spesial banget cuman gak pake telor buat idola gue yang punya akun @Rifkymokodompit gue Persembahin karya tangan asli gue :D


Naskah Pertama untuk Ayah

Kuperhatikan setiap kata demi kata yang orang ini sampaikan. Begitu mengagumkan, jelas sekali kalau dia sudah bertahun-tahun menekuni dunia jurnalistik. Wajahnya masih terlihat muda tapi tak ada keraguan dari setiap kata yang dia sampaikan. Serta interaksinya dengan audiens begitu sangat menarik sesekali terdengar gelak tawa dari para audiens di tengah materi workshop yang  dia sampaikan. Kata-kata motivasinya bagi para audiens membuat acara menjadi begitu hikmat. “Tidak akan ada sesuatu yang terjadi kalau kita hanya berdiam diri. Buatlah impossible menjadi possible”. Aku adalah satu dari peseta yang mengingukuti workshop jurnalistik yang diikuti oleh siswa dari berbagai macam SMA di kotaku.

“Dan untuk menjadi seorang jurnalis yang orang perhatikan adalah tulisan dari informasi yang kita buat. Dan itu semua perlu pembelajaran. Dan mulailah dari membaca yang akan menjadi referensi tulisan yang akan ditangkan pada secarik kertas, seperti orang bijak mengatakan Buku adalah Jendela Dunia, mampu menapaki setiap daerah tanpa batas. Lalu sekarang apa yang kita tunggu buatlah berita dari tulisan tangan kalian”, perintahnya. Segera para panitia workshop membagikan kertas pada seluruh peserta workshop.

“Temanya apa kak ?” tanya seorang peserta
“Emmmhh…. Bagusnya apa yaa… berhubung sekarang lagi persiapan menuju ujian nasinal. Buatlah berita mengenai UNAS”
Segera para peserta mulai asyik dengan bolpoin dan kertas yang sudah ada di depan mereka.
“Mal, judul kamu apa ?” tanyaku pada Nurmala
“Belum dapat judul Fit, aku tulis isinya baru abis itu judulnya” jawabnya
“Hahaha… gila aja loh, gimana bisa buat cerita kalau judul beritanya belum ada”
“Hahaha… Iya juga yah… malah bingung kan aku mau tulis apa”
“Tuh kan… Judul berita yang mau di angkat aja belum ada”
“Kamu mau angkat tentang apa Fit ?”
“Aku mau angkat soal try out saja”
“Bagus, Fit… aku soal itu juga yah. Gak papa kan ?”
“Yah… gak papa, anggap aja hanya kebetulan. Hahahaha”

Dan kini aku mulai konsentrasi dengan tulisanku. Gerakan tanganku bersatu dengan ide kata-kata dalam otakku yang siap aku tulis pada secarik kertas putih. Kali pertama aku menulis berita sepanjang hidupku. Entah bagus atau bukan aku tidak tahu. “Tak ada sesuatu yang terjadi kalau kita hanya berdiam diri” kata-kata itu benar-benar merasukiku.

“Baiklah adek-adek waktu kalian lima menit lagi. kalau sudah ada yang selesai boleh dikumpulkan”.

Satu demi satu para peserta mulai maju ke depan untuk mengumpulkan hasil berita yang sudah mereka tulis. Dan Kak Ardhy yang menjadi pemberi materi tentang jurnalistik  mulai membaca setiap lembaran-lebaran berita yang sudah dikumpulkan.

“Baiklah… kakak sudah memilih 3 berita dari 3 orang penulis berita. Yang pertama ada Anisa Putri, dalam menulis sebuah berita hindari kata tanya dalam penulisan berita jadi kalaimat “siapa yang salah?” itu tidak perlu. Karena kita ini menyampaikan berita, apa jadinya jika malah bertanya pada pembaca. Yang kedua dari Nur Hasanah dalam menulis berita, jika dalam berita perlu mencantumkan data-data, maka data tersebut haruslah data yang valid, karena sebagai jurnalis kita harus menyampaikan berita yang factual. Sesuai dengan apa yang terjadi.

Yang terakhir ini bagus, dari judul sudah ada keinginan untuk membaca “Hebat, Try Out Tidak Lulus 100%” ini punya Fitria Ramlan. Salah satu dalam penulisan berita juga ya g tidak kalah penting adalah judul yang menarik, mampu membuat orang penasaran sehingga menarik untuk membaca. Serta isi dari Fitria Ramlan ini juga bagus karena menympaikan data-data yang dia peroleh adalah fakta dari SMA Negeri 1 Budi Luhur. Dan pada akhir berita disebutkan bahwa harus ada komunikasi dan perhatian antara guru, orang tua, dan siswa itu sendiri dalam menjalani try out sebagai tolak ukur sebelum menjalani UNAS.

“Wihhh… Fitria, naskah beritanya disanjung-sanjung” celetuk Nurmala.
Aku hanya senyum-senyum sendiri saat naskah beritaku mendapat apresiasi yang baik dari Kak Ardhy.
“Mana yang namanya Fitria Ramlan, boleh maju ke depan” pinta kak Ardhy
Segera ku acungkan tanganku dan kak Ardhy mempersilahkan untukku maju ke depan.
“Wah… ini Fitria Ramlan, beri tepuk tangan adek-adek”
Langsung seluruh ruangan ramai dengan tepuk tangan
 “Ini hadiah untuk penulisan naskah berita terbaik hari ini, semoga bermanfaat ya” kata Kak Ardhy sambil memberiku sebuah bungkusan kotak
“Iya terima kasih kak” jawabku
****
               
“Fit… kamu pulang sama siapa mau barengan gak?” tanya Nurmala
“Aku dijemput Ayah, Mal”
“Yaudah, aku duluan ya.. “
“Oke”

Kutunggu Ayah di luar dekat gerbang sekolah. Cukup lama aku menunggu hingga akhirnya hujan turun tiba-tiba. Kunikmati saja suasana di luar ruangan yang sudah diguyur hujan sambil menunggu ayah. Sungguh menenangkan hati. Alirannya saat menyentuh bumi tanpa ada yang bisa menghentikannya. Hujan karunia Tuhan, rejeki Tuhan untuk makhluk ciptaannya. Apalah arti dunia tanpa hujan. Mungkin tak akan ada kebahagiaan. Seperti cinta yang menemani setiap langkah kehidupan manusia. Kala menyenangkan, namun juga sering membuat sedih. Tapi tanpanya hidup tak akan berwarna.
               
Kutadahkan tanganku menyambut air hujan yang turun dari genting gedung serba guna kampus. Kubiarkan alirannya menyapu dan membasahi seluruh telapak tanganku agar bisa merasakan kesejukan air hujan.
               
Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Kulihat nama yang tertera pada layarnya adalah Ayah.
                “Iya halo, ada apa yah ?”
                “Halo, Dek… Ayah masih ada tugas kantor. Mungkin ayah telat jemput adek” jawabnya diseberang telpon
                “Oh.. ya udah deh gak papa Yah.. Oh iya Yah.. adek mau cerita nanti sama ayah, seru deh Yah”
“Cerita apa dek ?Buat ayah penasaran aja”
“Ada deh… Nanti kalau udah di rumah Adek mau kasih kejutan sama ayah” Kataku sudah tak sabar untuk menceritakan naskah terbaikku.
“Adek tunggu di halte dekat sekolah ya Yah..”
“Oke, dek.. kalau udah selesai Ayah jemput adek” Segera kumatikan telpon dari Ayah. Dan melanjutkan aktivitasku yang sudah tertunda gara-gara telpon dari Ayah.
               
Kulangkahkan kakiku melewati gerimis yang masih turun menuju halte dekat sekolahku. Bersama dengan para penumpang bus kota, aku duduk dan memperhatikan lalu lalang kendaraan bermotor yang tak ada hentinya meski hujan menerpa. Hujan nampaknya tidak kunjung berhenti total, sisa gerimis terus turun membasahi setiap objek yang menghalanginya untuk sampai ke tanah.
               
Bus kota kini sudah tiba beberapa orang sudah naik, dan beberapa orang juga turun. Entah sudah berapa kali aku melihat pemandangan ini, aku tak tahu pasti. Kulihat jam di tanganku sudah menunujukkan jam 16.30. “Ayah kok lama banget sih” gumamku dalam hati. Segera ku ambil handphoneku untuk mengetahui keadaan ayah. Apakah dia sudah selesai dengan pekerjaannya atau tidak. “Lah.. ini HP kok mati sih, gimana aku bisa hubungin ayah kalau kaya’ gini”. Kucoba terus menekan tombol Switch On pada HPku namun tak ada hasilnya. Tak ada tanda menyala pada layar di handphoneku.
               
“Menyesal sekali kenapa tidak aku terima ajakan Mala untuk pulang bareng” gumamku… Tiba-tiba tanpa ada yang memerintah sesuatu yang berasal dari dalam diriku mulai bersuara… “Oh Tuhan, kenapa ini perut juga ikut-ikutan nyebelin sih, gara-gara tadi pagi makannya sedikit berontakknya juga cepet banget huh.. “. Kulihat lagi beberapa orang sudah mulai menaiki bus kota untuk sampai di tujuan  masing-masing. Dan kini masih tertinggal 1 penumpang, entah karena dia merasa busnya terlalu penuh sehingga malas untuk berdesakan dengan penumpang lain atau dia sama sepertiku menunggu seseorang yang tak kunjung datang.
               
“Maaf mas… saya boleh pinjam handphonenya?” tanyaku pada laki-laki yang aku taksir masih berumur 21 Tahun.
                “Eh… Iya boleh silahkan dek” Jawabnya agak kager dengan permintaanku padanya
                “Terima kasih mas, saya mau telfon ayah saya sebentar” jawabku seraya mengambil handphone yang sudah dia suguhkan
               
Segera ku tekan nomor telepon ayah yang sudah aku hafal di luar kepala. “Tuttt… Tuttt… Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi”. Kucoba lagi dan lagi tapi hasil yang kudapat tetap saja nomor telepon ayah tidak aktif. Hingga aku pasrah untuk tidak menghubungi ayah dan mengembalikan handphone pada pemiliknya.
                “Ini mas, terima kasih…. Pulsanya tetep aman kok” kataku mencoba bergurau
                “Loh.. kenapa dek, gak jadi yang mau telepon ayahmu ?”
                “Nomor teleponnya gak aktif mas”
                “Terus kamu pulang sama siapa ?”
                “Pulang sendiri, gak mungkin kan aku lama-lama disini” 
                “Gini aja kalau mau kamu pulang bareng aku aja, tapi tunggu mamaku datang gak lama kok mungkin 10 menit lagi. Daripada kamu kemaleman disini, lagi pula kalau udah jam segini biasanya bus udah jarang lewat”
               
Kupehatikan jam di tanganku sudah menunjukkan hampir jam 5 sore. “Yaudah, tapi gak ngerepotin juga kan?” tanyaku
                “Enggak donk, Oh iya nama kamu siapa ? Aku Roby” katanya sambil mengulurkan tangannya padaku
                “Aku Fitria” Jawabku membalas salamannya
                “Oh iya rumah kamu dimana ?”
                “Di jalan Tamrin mas, dekat lapangan footshall”
                “Tiiiiiitttt… Tittttt !” terdengar suara klakson mobil saat aku tengah berbicara dengan mas Roby. Kulihat mobil hitam itu berhenti di depan kami.
                “Itu mamaku sudah datang, ayok “ Ajaknya agar aku segera masuk ke dalam mobilnya. Entah tak ada perasaan takut pada mas Roby orang yang baru aku kenal beberapa menit yang lalu. Segera kami masuk ke dalam mobil yang sudah siap untuk membawa kami meninggalkan halte bus yang masih dibalut oleh gerimis.
                “Ini siapa By” tanya seorang wanita yang sedang menyetir mobil dengan berpakain cukup rapi.
                “Oh… ini Fitria ma.. temen Roby. Fit.. ini mamaku”
                “Iya.. halo tante” kataku agak malu-malu harus ngomong seperti apa
                “Iya.. halo juga Fitria”
                “Ma… kita ke jalan tamrin deket lapangan footshall itu Yah… Anterin fitria dulu”
               
Dengan anggukan wanita ini terus berkonsentrasi pada setir yang ada d hadapannya. Dan sampai rumahku teryata hujan sudah berhenti. Hanya saja genangan-genangan air akibat hujan masih ada dimana-mana.
                “Mas Roby, tante… makasih ya… sudah anterin saya pulang. Gak mau masuk dulu ?”
                “Oh iya… sama-sama, lain kali aja yah.. udah mau malem solanya” jawab mas Roby
                “Oh yaudah… hati-hati di jalan”
                “Iya Fit.. makasih ya.. kita pulang dulu.. Daaa”
               
Segera mobil warna hitam itu melaju meninggalkan rumahku. Kulihat suasana rumah masih sepi. tak ada motor ayah yang terparkir di halaman rumah. Segera ku ambil kunci rumah yang ada di dekat pot bunga. Kubuka pintu rumah dan segera melaju ke dapur untuk masak telur sebagai jalan yang paling singkat untuk memenuhi perutku yang sudah bergejolak. Untung saja masih ada nasi sisa sarapan tadi pagi. Kubuka jendela yang ada di dapur agar udara luar bisa masuk.
               
Tiba-tiba entah darimana munculnya tiba-tiba perasaan mulai tak enak. Aku mulai kepikiran ayah. Tidak biasanya ayah pulang sampai jam malam seperti ini. Ku ambil handphone dari dalam tasku untukku carger agar segera bisa mengetahui keadaan ayah. Handphoneku mulai berbunyi kala aku mulai menyalakannya, terlihat banyak sekali pesan singkat yang masuk. Ku buka satu persatu, hampir seluruhnya dari Om Arman, Kak Firman . “Fit… Ayah kamu kecelakaan, sekaran ada di RS. Budi Utomo. Kamu ada dimana sekarang ?”
               
Sontak tubuhku gemeteran dengan sendirinya. Segera ku telepon Om Arman, tapi tak ada jawaban. “Om…. Angkat Om…. “ kataku . Kucoba berkali-kali tapi tak ada jawaban. Segera ku keluar rumah dengan membawa sejuta kecemasan akan kondisi orang tuaku satu-satunya. Ku melangkah melewati rumah-rumah tetanggaku mencari taxi yang mampu membawaku pada rumah sakit yang sudah disebutkan Om Arman. Ku terus berjalan tanpa ada yang mampu menghentikan langkahku. Kuperhatikan jalanan tak ada taxi yang lewat.
               
“Fitria… kamu mau kemana malam-malam gini ?” Tanya seseorang yang tiba-tiba menghentikan laju motornya di dekatku.
                “Mas Roby.. Ke Rumah sakit mas… Ayahku kecelakaan, jawabku menahan isak tangisku yang mulai mendera”
                “Yaudah.. mas antarin kamu aja ya… Rumah sakit mana ?”
                “Rumah sakit Budi Utomo”
               
Segera kami melaju dengan motor matic mas Roby menyusuri kotaku yang sudah ramai oleh kendaraan-kendaraan pribadi. Mas Roby membawa motornya cukup kencang namun masih bisa terkendali mengerti bagaimana perasaanku yang sedang kalut khawatir dengan kondisi ayah.
                “Sus… Kamar pasien yang bernama Pak Wisnu korban kecelakaan di kamar berapa ?” tanyaku pada resepsionis Rumah sakit dengan penuh kecemasan.
                “Di kamar 56 mbak”
                “Makasih ya.. sus…” jawab mas Roby
               
Segera aku dan mas roby mencari kamar yang sudah disebutkan suster. Tiba-tiba ku lihat Om Arman, Tante Susi, Kak Firman, dan Kak Alya sudah berada di luar ruang operasi. Semua dalam keadaan sangat khawatir. Hingga akhirnya dokter keluar dan menggelengkan kepala. Sontak isak tangis pecah saat itu juga.
                “Ayaaaaaaahhhhhhhhh” Ku  berlari menuju ruang operasi dengan tangis yang sudah benar-benar yang sudah menemukan lubang terbesarnya hingga tak dapat ku bending lagi.
               
Ku lihat laki-laki tampan itu berbaring dengan kain yang menutup seluruh bagiannya. Ku terpaku dengan pemandangan luar biasa sepanjang sejarah hidupku. Tak ada lagi tempat bagiku untuk mencurahkan seluruh isi hatiku. Setelah mama memilih meninggalkan aku untuk tinggal bersama suaminya di Amerika.
               
Kubuka perlahan kain yang menutupi ayah dalam perbaringannya. Mukanya tetap tampan jauh lebih muda dari biasa.
               
“Ayah.. kenapa secepat ini ninggalin aku, Ayah gak sayang sama adek… Ayah, lihat ini…. ini naskah pertamaku yah dalam menulis berita. Dan tadi tutornya bilang naskahku yang paling baik Yah, aku pengen ayah orang yang pertama kali lihat dan baca naskah beritaku, tapi ayah gak mau baca…” kataku dengan suara terbata-bata menahan tangis. “Ayah.. bangun yahh… Ayah bangunn…. “
               
“Sabar Fit… semua ciptaan Tuhan akan kembali padanya” Kata seseorang yang berada di belakangku dengan menepuk-nepuk pundakku. Namun nyatanya kata-katanya tak mampu menghentikan isak tangisku. Begitu mudahnya orang mengatakan sabar tanpa dia tahu apa yang sedang aku rasakan. Andai dia pernah merasakan apa yang aku rasakan mungkin dia tidak akan semudah itu mengatakan sabar.
****

Kutatap fotoku bersama Ayah, Kak Firman dan kak Alya yang terpampang dalam figura kecil di meja kerja ayah. Entah berapa lama aku memandangi foto itu hingga tanpa aku sadar hujan mengguyur kawasan rumahku.

Tiba-tiba mataku tertuju pada lembaran yang terselip pada sebuah buku. Kubuka buku itu dan mengambil lembaran kertas itu, kulihat adalah honor ayah dari Koran yang biasa dia baca tiap hari. Rupanya ayah selalu mengirim artikel pada Koran langganannya. Dan sayangnya aku tidak pernah tahu itu. Karena aku tidak suka membaca.
“Om… ayah punya bakat menulis yah ?” tanyaku pada Om Arman sesaat setelah aku keluar  dari kamar ayah.
“Kenapa kamu tanya seperti itu ?”
“Aku lihat ini om di meja kerja ayah, Honor atas artikel yang dia tulis”
               
“Sebelum kamu lahir, ayah kamu adalah seorang jurnalis Fit… Hingga saat kamu lahir dan umur 4 tahun. Mama dan Ayah kamu cerai lantaran ayah kamu sering tidak ada di rumah. Dan mama kamu sudah menemukan orang yang lebih baik dari ayah kamu, sehingga meninggalkan kamu, Firman, Alya. Oleh sebab itu setelah percerain mereka. Ayah kamu berhenti menjadi jurnalis agar bisa merawat ketiga anaknya. Namun rasanya Firman dan Alya tidak mewarisi bakat jurnalis seperti ayahmu.
                “Aku ingin seperti ayah Om , menjadi seorang jurnalis yang mampu menyampaikan sebuah sajian informasi bagi orang lain, agar tidak ada lagi orang yang tidak tahu” kataku. Memantapkan pilihan hidup yang akan aku jalani.
                “Untuk ayah… dan untuk Ayah… “

                

Aku, Sepeda, dan Khayalan ini

Jam sudah menunjukkan jam 5 pagi, kulangkahkan kakiku menuju musholla untuk melakukan sholat subuh. Beberapa orang rumah masih belum terbangun dari tidurnya. Hanya ada kakak perempuanku yang sudah lebih dahlu dariku selesai melakukan sholat subuh.  Selesai sholat terlihat dia masih menyapu teras musholla rumah dan mematikan lampu setelah itu.

Ku bergegeas menuju kamar mandi untuk berwudhu. Langit masih petang, bintang-bintang masih terlihat bergemerlapan di atas awan. Ayam-ayam mulai berkokok dari tadi entah sudah berapa jam yang lalu mereka sudah bangun mendahului semua oranf yang ada di rumah, atau oarang-orang yang ada di dusunku mungkin. Indah memang pemandangan pagi-pagi buta seperti ini. Namun tak banyak orang yang mau bangun hanya untuk menyaksikan panorama alam sperti ini. Bahkan kadang beberapa orang justru mendaki gunung dan harus berangkata nyaris tengah malam mungkin hanya untuk menyaksikan matahari terbit dari atas gunung.

Selesai melakukan sholat subuh kulihat langit masih gelap, belum nampah matahari senentar lagi akan terbit. Mungin setengah jam lagi, langit akan mulai terang. Segera ku ambil sapu untuk menyapu halaman rumah sembari mununggu langit mulai terang untuk bersepeda keliling kota.

Dengan sepada Jepang warna kuning punya kakakku, ku kayuh sepeda menyusuri jalanan. Terlihat saat keluar dari gang rumah, lampu jalan masih belum dimatikan. Barngkali petugas yang biasa mematikannya lupa tau masih tertidur.

Beberapa orang terlihat sedang jalan santai di pinggiran jalan. Ada yang sendiri ada yang berpasangan semabri menggendong anak mereka. Tidak terlalu banyak yang berolahraga pagi ini. Dan jalanan juga terlihat masih sepi. Hanya beberapa kendaraan yang lewat. Dengan radio dari handphoneku ku kayuh sepedaku dengan santai menikmati perjalanan pagiku sendiri. Merasakan sejuk dan dinginnya pagi sendiri. Dan mendengarkan suara pagi seorang diri. Aku sedang bersantai atau melakukan sesuatu seorang diri. Namun memang lebih baik jika berdua. Ada teman ngobrol dan tidak menjadi pusat perhatian saat melakukan suatu hal seorang diri.

Biasanya aku mengajak sahabatku Nuri untuk bersepada. Tapi kutakut jika dia masih tidur. Hingga aku berangkat bersepeda seorang diri. Untuk olahraga di jalanan memang lebih baik sendirian atau berpasangan. Jika lebih dari itu kadang tidak efektif, akan lebih banyak obrolannya ketimnah olahraganya.

Menyusuri jalanan seorang diri membuat anganku melayang jauh, menghanyal pastinya. Membayangkan bersama pasanganku. Kita menyusuri jalanan, mulai dari jalan raya yang kanan kirinya adalah tempat-tempat perbelanjaan, kafe, atau hal lainnya hingga menyusuri jalanan yang kanan kirinya adalah persawahanatau sungai dengan suaranya yang sangat romantis dipagi buta hingga bersama menyaksikan matahari terbit bersama. Selalu membayangkan hal seperti itu saat aku mengayuh sepedaku, meyusuri jalanan seorang diri.

Dan akupun kembali menyaksikan kehidupan dipagi ini, menyaksikan aktivitas orang yang makin lama mulai menampakkan batang hidungnya dengan urusan masing-masing . Kusaksikan matahari terbit dari atas jembatan yang tampak dengan cahayanya yang mulai menyilaukan mata kala kita terus menerus memandangnya.


Aku dan Kanjuruhan dengan Sejuta Cerita

Bukan menjadi rahasia lagi kalau aku sangat mengidolakan M.Roby. sudah sejak kelas 3 SMP aku sangat mengidolakannya. Bahkan hingga saat ini, kelas 3 SMA. Dan pastinya sudah sangat berhasrat ingin bertemu dengan idolaku itu.

5 April 2012,
Aku mendaftar sebagai calon mahasiswa di sebuah Universitas di Malang, tepatnya di Universitas Kanjuruhan Malang. Mengingat nama kanjuruhan pasti bukan hal yang asing. Tepat sekali Satadion Kanjuruhan, Home Base dari Team kebanggaan orang Malang, Arema. Di stadion itulah sering diakan pertandingan antar club-club di Indonesia. Dan pastilah M.Roby dan pemain lainnya juga akan datang ke stadion ini untuk melakukan pertandingan tandang mereka.

Dan Universitas Kanjuruhan, salah satu jalan kupikir agar bisa bertemu dengan idolaku itu, Bang Roby. Dengan Jurusannya yang aku juga suka di kampus itu Pendidikan Bimbingan dan Konseling. Jurusan kuliah yang sangat aku inginkan, letak kampus yang dekat dengan stadion Kanjuruhan, serta kota Malang yang sejuk dengan berbagai macam wisata dan pemandangan alamnya yang luar biasa, serta sahabat dan cintaku yang juga ada di kota Malang.

28 April 2012
Hari pengumuman Calon Mahasiswa Universitas Kanjuruhan yang diterima melalui jalur PMDK. Ku lihat namaku tidak terdaftar dalam 35 orang di pengumuman itu. Hingga pada akhirnya temanku mengabarkan bahawa aku diterima melalui jalur PMDK, di urutan ke 112 dari 120 orang yang diterima.

Segera kuceritakan tentang kabar bahagia tersebut. Namun, rasanya memang bukan waktu untukku untuk melanjutkan kuliah. Kecewa, pasti karena itu adalah salah satu impianku untuk kuliah dan di tempat yang sangat aku inginkan. Namun orang tuaku tidak setuju dengan alasan yang cukup klasik. Letak Malang yang cukup jauh, dan tak ada saudara disana. Serta krisis ekonomi yang melanda, berbarengan dengan adikku yang juga akan melanjutkan sekolah ke SMA, otomatis biaya pebdidikan yang juga semakin bertambah. 

Dan beberapa masalah keluarga yang membutuhkan dana serta otak yang terus berputar untuk menemukan sebuah solusi.

Akhirnya aku yang mengalah, tidak dapat restu dari orang tua itu juga tidak baik, tidak akan jadi apa-apa seorang anak ynag tidak mendapatkan restu orang tua. Benar saja kalaupun aku sudah berusaha hasilnya tetap saja. Hingga harus aku akui, Tidak Kuliah tahun ini Kanjuruhan.

Dari kejadian itu aku mencoba percaya, pasti akan ada hal lain yang Allah berikan untukku. Disaat aku sudah berjuang keras agar dapat kuliah, namun harus terhenti karena tidak mendapat restu dari orang tua. Restu Allah juga bergantung pada restu kedua orang tua.

Menjalani rutinitas bukan sebagai seorang mahasiswa bukan halyang aku inginkan. Terlebih saat teman-temanku sudah mendapat almamter mereka masing-masing. Selama setahun membantu ibu berjualan serta menjalani seorang guru Les Private yang membutuhkan kesabaran ekstra dalam mengajar. Barang kali inilah yang guruku rasakan saat mengajar terlebih jika ada murid yang tidak mendengarkan ditambah tidak tahu untuk mengerjakan. Setiap saat dalam perjalanan berangkat mengajar hanya 1 doa yang tak pernah terlupakan semoga muridku semangat belajar. Karena memang, walaupun kita malas untuk mengajar namun murid kita yang sudah sangat berkeinginan belajar, hasrat untuk mengajar juga akan timbul untuk mencerdaskan anak bangsa.

Dan membantu ibuku berjualan terasa bagaimana capeknya ibu berjualan seorang diri, kala aku berangkat sekolah, dan meminta uang saku setiap hari. Putar otak agar kompor di dapur tetap menyala kala dagangan mulai sepi. Sungguh besar perjuangan untuk memperoleh rupiah tiap harinya. Hal yang tak pernah aku tahu saat aku berada di bangku sekolah. Bahkan aku justru lebih sering ada di sekolah membantu tugas OSIS dibandingkan membantu tugas di rumah.

Dan Allah mengajarkan aku tentang bagaimana harusnya kita bersyukur dan tak mudah menyerah dalam menghadapi juian hidup. 18 tahun, waktu yang tepat memang sebagai bekal dalam pendewasaan.

Setiap bulan aku juga kini mampu memperoleh gaji. Pekerjaan pertamaku sebagai seorang tenaga pengajar. Tidak banyak, tapi cukuplah dari pada menjadi seorang pengangguran yang hanya menonton televisi tau bermalas-malasan di rumah.

Dan kabar baik kini mulai datang, Persepam MU masuk di kompetisi ISL (Indonesi Super League). Dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah Stadion Gelora Bangkalan (SGB) yang baru saja selesai diresmikan menjadi stadion HomeBase dari Persepam. Dan akupun rasanya tidak harus jauh-jauh ke Malang agar bisa menyaksikan M.Roby dan Rivky Mokodompit bertanding dan menyaksikan secara langsung tanpa bantuan siaran Televisi.

Dengan gaji yang aku terima setiap bulan sudah aku siapkan untuk nonton pertandingan Persepam melawan Persisam. Kali pertama nonton bola langsung di stadion bersama adikku. Untunglah biarpun aku mendukung tim tamu tidak jadi masalah karena biarpun yang ada di stadion ini adalah pendukung dari Persepam Madura United, kita tetaplah adalah 1 suku yakni suku madura. Entah apa yang aku lakukan jika misalnya ada di 

Stadion Kanjuruhan. Berteriak seorang diri mendukung team lawan mungkin dikira adalah sebagai penyusup di tengah supporter. Dan meskipun baru pertama kali nonton bola dengan notaben laki-laki di sisi kanan maupun di sisi kiri. Keamanan tetap terjaga meskipun aku dan adikku sama-sama cewek. Dan SGB pun tiket masuk lebih murah dibandingkan dengan di Kanjuruhan. Kanjuruhan di kenal dengan stadion yang memberikan tiket masuk paling mahal di Indonesia.

Dan menyusup diantara orang-orang demi bertemu M.Roby dari jarak dekat dan bersalaman akhirnya bisa terlaksana tanpa harus ke malang, dan bertemu dengan Rivky Mokodompit dan bisa sekaligus bisa foto bersama di SGB. Subhanallah inilah rahasia Tuhan atas semua kehendakknya aku tidak diijinkan ke Malang karena di Bangkalan sendiri aku bisa bertemu dengan idolaku, M.Roby dan Rivky. Dengan tiket masuk yang lebih murah.

Apa kabar dengan sahabatku sekaligus cintaku disana. Ka Lydia dia sudah pindah ke Bandung dan Mas Adam aku tak lagi mengingatnya mungkin dia memang bukan jodohku, dan tidak seharusnya aku kejar dia hingga ke Malang, toh belum tentu aku juga akan sama dia. Karena jodoh pasti tak kan kemana. Biarlah cintaku pernah ada di kisahku dengan kanjuruhan.

Lalu, bagaimana dengan kuliahku. Keinginanku untuk dapat melanjutkan sekolahku. Bukankah jalanku ke kanjuruhanutamanya adalah kuliah.

Aku melamar sebagai calon peserta bidik misi, dengan mengikiti tes SBMPTN. Dan hasilnya adalah sayang sekali, aku tidak Lulus. Dan aku pasrah hingga satu lagi kesempatan bagiku untuk dapat berkuliah Ujian Mandiri di UTM, iya itulah satu-satunya ujian yang haruis aku lewati jika mau Kuliah tahun 2013. Dan tidak menjadi seorang yang orang bilang pengangguran. Aku kira bukan pengangguran karena aku bekerja, dan tiap bulan aku juga mendapatkan gaji. Tapi ah biarlah, iyakan saja orang bilang apa takmungkin aku jelaskan satu-persatu kepada orang tentang pekerjaanku.

18 Juli 2013
Pengumuman calon mahasiswa yang lulus tes Ujian Mandiri. Aku pasrah dengan hasil yang aku terima. Hingga pada saat aku bangun dari tidurku karena ada pesan singkat masuk dari temanku Dina memberitahukan bahwa aku LULUS Ujian Mandiri UTM. Bergemetar tubuhku membaca kabar itu dan langsung sujud syukur. Inilah kali pertama aku nangis benar-benar karena bahagia dan inilah pertama kali aku melakukan sujud syukur. Rasanya benar-benar luar biasa bahagia. Jalanku untuk kuliah, kesempatanku untuk kuliah tahun ini, Allah bukakan jalan untukku.

Ku beritahukan kabar itu kepada ibuku. Dan ku cium pipinya. Entah sudah berapa lama aku tak pernah mencium pipi ibuku.

Serasa masih dalam mimpi bahawa aku akan kuliah mengenakan almamater, bukan lagi jaket atau kaos oblong saat aku mengajar atau kuliah ataupun berjualan. 
Dan tak  lagi malu saat orang menanyakan “Kuliah Dimana?” karena sebentar lagi aku akan dapat jawabannya.

Dan Allah memang meberikan yang terbaik untuk hambanya. Buka Perguruan Tinggi Swasta, namun Perguruan Tinggi Negeri yang allah berikan untukku. Biaya yang lebih murah pastinya dari pada aku kuliah di kanjuruhan yang merupakan Perguruan Tinggi Swasta. Dan letak malang memang cukup jauh, entah apa yang harus aku lakukan di tempat jauh saat uang sudah tidak ada dan tak mampu membeli tiket untuk pulang ke Madura.

Dan UTM mungkin lebih mudah, selain masih dalam satu kabupaten dengan rumahku. Beberapa mahasiwa lain adalah temanku yang berasal dari satu kecamatan yang sama.

Inilah rahasia Allah yang ditunjukkan padaku perlahan-lahan namun pasti. Kita tidak tahu apa yang terbaik untuk kita, karena hanya Allah yang tahu. Dan tetaplah sabar dan yakin bahwa disetiap kegundahan dan masalah akan ada penyelesaian bahkan ada pelangi setelah hujan. Tetaplah percaya bahwa Allah tidak pernah tidur, dan kita tidak sendiri Allah bersama orang-orang yang bertakwa.