Jam dinding sudah menunjukkan
pukul 8 malam. Wildan masih menyelesaikan pekerjaannya. Di kantornya tempat dia
mengadu nasibnya berharap mampu mengubah perekonomian keluarganya. Ibunya yang
selalu mengisi gambar di dompet lusuhnya tetap setia menemani. Itulah terkadang
Wildan harus menahan keinginan makannya manakala memandang foto Ibu, ayahnya,
dirinya serta adiknya. Entah kapan foto itu diambil. Gambarnya semakin usang
namun wajah-wajah dalam gambar tersebut masih nampak jelas terlihat. Ibunya
memakai baju muslimah, tampak cantik sekali. Tak kalah dengan ayahnya dengan
baju koko warna putih serta sarung motif kotak-kotak. Adiknya Sarah tampak
tersenyum lebar saat itu.
Menjadi seorang anak sulung
nampaknya memiliki beban tersendiri. Membantu perekonomian keluarga, menjaga
ibu serta adiknya. Sudah menjadi tanggung jawab Wildan. Terlebih saat ini.
Ayahnya sering kali sakit sehingga tugas dan pekerjaannnya harus dia yang
menggantikan.
Tak jarang ibunya selalu menangis
manakala melihat Wildan mulai berangkat sambil membawa kue untuk dijajakan dari
satu kampung ke kampung yang lain. Sementara teman-temannya yang lain berangkat
menggunakan sepeda motor menuju sekolah. Dan nyatalah nasib kehidupan seseorang
tidaklah sama. Dan Wildan mengerti akan hal itu bahwa tidak semua yang dia
inginkan akan terwujud.
“Bu.. Wildan berangkat ya...
Assalamu Alaikum” katanya sambil menyalami tangan Ibunya yang mulai keriput
dimakan usia.
“Iya nak, hati-hati.. belajar
yang rajin. Biar kamu bisa jadi orang yang sukses kelak” pesan ibunya.
Wildan mulai menyusuri jalanan
kota Palembang. Tampak beberapa siswa juga berangkat sekolah. Dalam hatinya dia
selalu berfikir jika suatu saat nanti adiknya Sarah tidak merasakan apa yang
Abangnya rasakan. Panas, capek selalu menjadi makanan sehari-hari. Dan kala
itulah ketika mengingat adiknya yang berada di Pesantren semangatnya bertambah
tanpa ada yang mengendalikan. Sarah adik satu-satunya bagi Ilham, wanita yang
sangat dia cintai bersama ibunya menjadi wanita terindah dalam hidupnya.
Pacar Wildan tampak menunggunya
di gerbang sekolah. Dengan gaya khasnya Aini tersenyum manakala Wildan mulai
datang. Aini teman sekolah Wildan namun berbeda Jurusan. 5 bulan sudah Aini
menemani hari-hari Wildan. Orang tua Aini sudah mengetahui hubungannya dengan Wildan.
Dan orang tuanya nampak setuju karena Wildan adak yang baik dan selalu hormat
kepada orang yang lebih tua itulah mungkin alasan mengapa Wildan selalu
diterima dengan hati dan terbuka oleh kelurga Aini.
“Nyet, kamu udah daftar SNMPTN ?”
tanya Aini
“Belum rut, aku gak daftar
kaya’nya ? “ jawab Wildan
“Loh kenapa ?”
“Kasian Ibuku, kalau aku kuliah
siapa yang bantuin dia jualan, terus uang tiap semester gimana. Mungkin aku
cari kerja dulu, toh aku juga anak SMK kan. Gak bakalan terlambat juga buat
kuliah ?” jawabnya apada Aini.
“Hemmm.. yaudah deh”
“Kamu mau daftar dimana ?”
“Aku daftar di sini sama di
Jogja, sama ayahku suruh kuliah disana soalnya ada tanteku di Jogja”
“Ohh.. jauh ya..”
“Iyaaa.. tapi tenang deh aku
tetap setia sama kamu, kalaupun kita jauh”
*****
“Wildan, belum pulang lho?” tanya
Ardy
“Belum Ar, bentar lagi lho udah
mau pulang ?”
“Iya gue pulang duluan ya” kata
Ardy semabari meninggalkan Wildan.
Tiba-tiba Handphone Wildan berbunyi. Terlihat pesan masuk tempampang di
layar. Terlihat nama Curut (Aini) pacarnya mengirim pesan singkat yang membuat
hatinya runtuh tiba-tiba.
“Nyet.. udah lama aku gak ngabarin kamu. Aku minta maaf, mungkin ini
salahku biarkan dia masuk ke dalam hatiku. Aku gak bisa lagi menjalani hubungan
jarak jauh sama kamu. Dan aku pilih Satria disini. Aku harap kamu ngerti.
Semoga kamu bisa dapatkan yang lebih baik dari aku”.
Seketika tubuhnya terjatuh lemas di
atas lantai, tidak percaya dengan apa yang Aini sudah lakukan padanya. Bersabar
dengan sikap Aini. Karena dia tidak mau
menyakiti hati wanita. Wildan percaya pada karma. Dan dia takut kalau adiknya
Sarah akan mengalami sakit hati karena laki-laki.
Hari-harinya kini berubah. Tak
ada lagi semangat. Dan tak berkeinginan membangun semangat. Dan itu teramat
dirasakan oleh sahabat-sahabatnya.
“Lho kenapa Pul, lho ada masalah
bilang sama kita ?” Tanya Bagas
“Gue putus sama Aini Bro, dia
punya pacar di Jogja. Teman kampusnya” Jawabnya lemas
“Bagus..., gue nyangka juga pasti
gitu Pul. Anak Jogja itu keren-keren” jawab Zaini
“Lho, kok ngomong git sih Zai,
malah di komporin. Kapan dia yang mutusin lho Pul ?” tanya Ziah
“Dua hari yang lalu Zi.. Dua
minggu dia memang gak ngasih kabar ke gue. Gue mikir dia pasti sibuk sama
kuliahnya. Tapi gue gak nyangka kalau dia gak ngehubungin gue ternyata dia udah
punya pacar disana. Padahal gue udah berusaha buat ngertiin dia”
“Yaudah bro, cewe masih banyak.
Ngapain lho mikirin orang yang belum tentu mikirin lho, dia aja selingkuh gak
mikir perasaan lho kaya’ gimana” Kata Zaini.
Malam itu mereka pulang lebih
cepat dari biasanya. Karena Wildan meminta untuk pulang terlebih dahulu.
Sahabat-sahabatnya memperhatikannya dengan wajah yang hampir sama. 2 tahun
lebih Aini dan Wildan menjalani hubungan bersama. Pantas saja hatinya teramat
terpukul saat Aini memutus hubungan mereka secara sepihak. Terlebih alasannya
yang memiliki pacar baru tentu membuat hari Wildan kecewa.
Waktu terus berjalan, detik
berganti menit, menit berganti menjadi jam, jam berganti menjadi hari, hari
berganti menjadi minggu dan minggu berganti menjadi bulan. 3 bulan sudah Wildan
menyandang gelar jomblonya manakalan putus dari Aini. Belum ada wanita yang
mampu mengisi hatinya kembali. Meskipun terkadang orang tua Aini selalu
menayakannya mengapa tak lagi berkunjung ke ruumahnya. Semenjak putus dari Aini Wildan memang tak lagi sesering
dulu berkunjung ke rumah orang tuanya. Mungkin nyaris tidak pernah lagi.
Kita tidak pernah tahu kapan
cinta itu kembali datang, dan kepada siapa cinta itu datang. Sesekali bersenda
gurau bersama temannya di jejaring sosial twitter, Wildan tiba-tiba tertarik
pada sebuah nama. Seorang wanita yang baginya teramat unik dan cantik. Dia
menyukai sepak bola. Jarang sekali cewe menyukai sepak bola. Terlebih idola
yang dia kagumi adalah Rivky Mokodompit GK Sriwijaya FC. Club sepak bola asal
palembang.
Mengenalnya melalui sosial media
dan kemudian menyukainya teramat susah untuk dijelaskan. Tidak pernah bertemu,
namun hanya memperhatikannya melalui tweet-tweetnya setiap hari. Orang
mengatakan itu cinta gila. Benar saja. Orang bebas mengatakan apa yang mereka
pikirkan. Namun inilah cinta yang datang secara tiba-tiba tanpa bisa dia
jelaskan bagaimana prosesnya. Semua terjadi begitu saja. Termasuk ketika, Tuhan
memudahkan jalan baginya mampu memiliki nomor telfon Adira.
Dan jalan cinta tak semulus jalan
tol. Seperti yang orang lain katakan. Tidak mungkin ada cinta tanpa kamu pernah
mengenalnya, dan bertemu dengannya. Ibarat kata membeli kucing dalam karung.
Foto yang terpampang di ava twitternya barang kali juga bukan foto Adira.
Manakala saat Wildan mengatakan
dia menyukai Adira. Pantas saja Adira tak mampu mempercainya. Bagi Adira,
mungkin itu juga “Cinta Maya” cinta yang timbul dari dunia maya.
Namun entah apa yang Wildan mampu
lakukan lagi untuk membuktikan cintanya pada Adira. Wanita yang mampu membuka
hatinya kembali, ketika sudah tertutup karena kecewanya pada Aini.
Mungkin waktu yang mampu menjawab
kisah cinta Moh. Wildan Syaifullah Al-Malik bagaimana cintanya akan berlanjut,
bagaimana Adira mampu yakin padanya. Atau hatinya akan terbuka kembali pada
orang yang lain. Kita tidak pernah tahu kapan dan pada siapa cinta itu akan
datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar