Minggu, 22 Juli 2012

Takdirku Dengan Malang

Hari ini tanggal 6 Juli 2012 adalah pengumuman SNMPTN Tulis. Sesuatu yang sangat mendebarkan, menegangkan semua ada dalam satu rasa menjelang detik-detik pengumuman. Aku bukan peserta SNMTN Tulis. Dan aku kenapa tidak ikut berpartisipasi malah hanya menjadi saksi bisu dari semua rasa yang teman-temanku rasakan yang berharap dapat diterima di Perguruan Tinggi yang mereka inginkan. Meskipun aku tidak ikut dalam ujian ini, tetapi aku tahu apa yang mereka rasakan menjelang pengumuman.

Aku bukan seorang paranormal atau dukun yang dapat merasakan yang orang lain rasakan. Aku pernah merasakan bagaiamana begitu mendebarkan saat-saat akan pengumuman. Hari itu tanggal 28 April 2012 adalah pengumuman penerimaan mahasiswa baru di Universitas Kanjuruhan Malang. Ingat betul aku saat itu dimana seluruh badanku terasa gemetar saat akan membuka website Universitas Kanjuruhan Malang. Dan akibat gemetar seluruh badanku kontraksi perutku juga ikut-ikutan berontak. Mules, sakit perut tiba-tiba itu yang aku rasakan. Ini justru lebih parah dari gemetar saat akan bertemu pacar sekalipun.

Sehingga alhasil belum sempat aku membuka daftar penerimaan mahasiswa baru jalur PMDK laptopku aku tinggal untuk menghilangkan sakit perut yang datang tiba-tiba ini. dan rasa gemetar itu masih juga terasa namun dengan frekuensi tang lebih lambat dari sebelumnya. Ku berusaha mengontrol diriku untuk siap menerima dari hasil pengumuman. Ku lanjutkan laptopku untuk membuka alamat websitenya lagi dan ternyata laptopku tidak bisa membuka daftar nama-nama peserta yang diterima jalur PMDK.

Segera ku ambil motor dan kulaju menuju warnet terdekat dari rumah. Kondisi warnet saat itu lumayan sepi. terlihat hanya ada satu orang yang sudah ada di dalam warnet itu. Yah memang karena saat itu adalah waktu sesudah maghrib. Kebanyakan orang masih jarang keluar rumah pada saat jam seperti itu.

Dan setelah memilih tempat untuk browsing segera ku ketik alamat www.ukanjuruhan.ac.id dan dengan hari yang masih berdebar-debar ku lihat daftar nama yang sudah diterima 35 orang tak tercantum namaku ataupun nama sekolahku. Segera ku selesaikan browsingku saat itu tanpa ada hal lain yang umumnya biasa kulakukan saat ada di warnet adalah menggunakan situs jejaring sosial.

“Loh, kok cepet ? udah selesai ?” tanya penjaga warnet yang kebetulan adalah teman sekolahku

“Iya bii, uangnya gak cukup kalau sampe’ kelamaan yang browsing” kataku pada Dabi

“Hahaha… sayangnya gak ada tariff gratis sekarang”

“yah, paling kalaupun ada pasti bakalan kamu kasih sama Lucky… hahaha. Yah sudah aku pulang dulu yah, dahh “

Ku kendarai motorku sedikit lebih pelan daripada biasanya. Tulisan daftar nama-nama peserta yang diterima masih membekas dibenakku yang tak sudi menulis namaku dalam daftar itu. Dalam anganku terus tergambar tentang Universitas itu. Kota Malang, Pendidikan Bimbingan Konseling, kesempatan kuliah, tempat baru, kota impian, sahabat Dumayku semua hilang pada malam ini. Tak ada lagi kesempatan untuk kuliah, tak akan lagi bisa ke Kota Malang bertemu Kak Lydia, Mas adam, menikmati sejuknya kota Malang, melihat keindahan kota Malang dari atas pegunungan tak akan pernah bisa kulakukan lagi.

Menikmati suasana kota Malang pada malam hari adalah sesuatu yang aku inginkan. Meskipun dinginnya yang selalu menjadi masalah buatku. Dan menikmati malam di kota Malang tak hanya di dalam bus ataupun menikmatinya hanya pada saat liburan sekolah. Ingin rasanya bisa menikmati indahnya kota Malang setiap saat. Namun taka kan mungkin lagi sekarang untuk memikirkan kuliah, apalagi memikirkan untuk kuliah di Malang.

Dan hal lain adalah aku tidak akan pernah bisa bertemu Kak Lydia sahabat dumayku ataupun Pangeran impianku Mas Adam. Mungkin takdir mengatakan aku taka kan bisa bersama dengan Mas Adam dalam satu kota. cukup rasa rindu yang tak beralaskan dari Pulau Madura ke Kota Malang. Entah kapan lagi aku bisa ke malang lagi untuk bertemu Mas Adam. Hanya satu kali pertemuan dan mungkin tak akan terjadi pertemuan lagi. Dan Kak Lydia dia sudah pindah ke Bandung, semakin sulit untuk bertemunya lagi. Mungkin dengan jika aku bisa stay di Malang pada saat liburan di malang aku bisa bertemu dengannya.

Beberapa hari ku memikirkan soal pengumuman itu. Sebenarnya aku sudah pasrah untuk tidak akan kuliah dan akan memilih bekerja jika PMDKku tidak diterima. Kakakku bilang “mungkin ini yang terbaik biar kamu kuliah juga gak terlalu jauh sampai ke Malang toh di Madura juga ada kampus, Kampus Negeri pula dan jua biar ibu gak kepikiran leg misal kamu kuliah terlalu jauh terus uang buat biaya kuliah juga masih bingung dapat dari mana” jelas kakakku saat aku mengatakan bahwa aku tidak lulus seleksi. Ku mantapkan hati untuk benar-benar pasrah akan hal ini. semoga ini adalah yang terbaik meski ini berat untukku.



Dan hari-hari selanjutnya aku sudah siap intuk menjalani kehidupan bahwa aku tidak akan kuliah dan SNMPTN jalur undangan yang dulu aku pernah mendaftar sudah tak lagi kupikirkan karena tdak akan mungkin aku untuk di terima dan aku sadar betul bahwa peminat dari kampus yang aku daftar itu adalah kampus yang peminatnya lumayan banyak. Dan ditambah seleksi masuk di PTN lebih sulit daripada di PTS.
Hingga pada suatu malam beberapa hari setelah pengumuman itu aku terbangun dan kulihat baru saja ada sms dari temanku si Uyun. Aneh biasanya aku jarang terbangun pada jam-jam spert ini. kulihat pesan dari Uyun
"Dok, kamu diterima PMDKnya, selamat ya… ayo buruan daftar ulang ada potongan 75% untuk DPPnya".
Sontak aku kaget dan membaca pesan itu berulang-ulang dan seketika itu juga tubuhku gemetar membaca pesan tersebut. Kaget dan seolah tidak percaya karena bagaimana bisa pada pengumuman yang aku lihat tidak ada namaku tercantum dan sekarang tiba-tiba terlulis dalam daftar itu.
Dan keesokan harinya aku dapat pesan yang sama dari guru BK kalau memang benar aku dimasuk dalam seleksi. Senang, takut, bingung ada dalam satu perasaan. Pasalnya yang menjadi persoalan saat ini adalah biaya. Sudah beberapa hari ini ibuku mengeluh soal biaya sekolah keponakanku, adekku, dan baiaya kebutuhan sehari-hari, belum lagi hutang yang harus dibayar pada bulan ini. Takut dan bingung akankah aku dibolehkan untuk kuliah dengan kondisi seperti ini.
Dan memang benar ibu tidak mengijinkan untuk kuliah karena biaya yang sedang membengkak. “Ibu juga ingin kamu seperti temammu yang lain nak bisa kuliah tapi takdirmu jadi anakku dengan keterbatasn ekonomi seperti ini”. Tanpa permisi dan tak bisa kutahan lagi pemberontakan air mata akhirnya keluar deras sekali dan semakin ku tahan alirannya semakin deras.
“Oh.. tuhan kenapa mesti diterima PMDK nya aku sudah siap untuk tidak kuliah namun jika seperti ini aku juga tidak bisa melepas Kanjuruhan karena itu impianku tak ingin aku melepasnya yang sudah memberiku kesempatan seperti ini”…
Dan banyak teman-temanku menyayangkan karena aku tidak mengambil kuliah di Kanjuruhan yang sudah menerimaku. Dibandingkan temanku yang lain sebenarnya aku jauh lebih baik karena sudah ada kampus yang menerimaku dibandingkan yang lain masih bingung utuk mendaftar dan menunggu hasil pengumuman. Tetapi mereka lebih beruntung kondisi ekonomi mereka lebih baik daripada aku yang meski sudah diterima tetap saja tidak dapat melanjutkan kuliah.
Dan inilah akhirnya jalan yang terus berliku dan kota Malang semakin jauh dengan impianku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar