Minggu, 22 Juli 2012

Dia Idolaku

  Dulu aku pernah cerita pada saat aku liburan ke Malang, aku gagal bertemu dengan teman facebookku “Mas A”. Entah bagaimana awalnya aku malah justru ingin tahu tentangnnya. Aku juga kadang bingung mengapa bisa seperti ini. Untuk apa ku ingin tahu sesorang yang belum ku kenal lama, belum aku tahu seperti apa orangnya, dan sifat-sifatnya dan juga perkenalan hanya berawal dari facebook. Dan itu nyaris tanpa aku tahu bagaimana awalnya kenapa dia bisa jadi daftar temanku dan sekarang malah menjadi orang yang aku kagumi, aku idolakan, aku sayangi entahlah rasa apa yang pantas untuk aku katakana padanya.

            Okey, kuceritakan awal ketika aku menyukainya. Berawal ketika aku tahu sekolahnya dulu lumayan elite menurutku. Pikirku saat itu “pasti ini anaknya pintar atau kalau tidak kaya”. Sekedar dugaan awal. Dan setelah aku lihat infonya ternyata tempat dia bekerja adalah di perusahaan percetakan standart Internasional. Wahh… Keren baru lulus SMK langsung bisa kerja di tempat yang bagus. Anak lulusan Universitas saja belum tentu bisa dapat pekerjaan bagus. Dan hal yang membuat aku lebih kagum adalah ternyata dia bisa bekerja di tempat itu adalah kerena Rekomendasi Sekolah. Dan opsiku benar dia “Pintar”. Salah satu criteria pacar idaman yang aku inginkan.


            Dan beberapa hal lain dari dia yang sangat aku suka adalah dia “Anak Sulung”. Kenapa aku suka dengan anak sulung ??? Bagiku anak sulung itu pengertian dia harus mengerti kondisi keluarga, mengerti bagaimana harus mengayomi dan menjaga adik-adiknya. Buatku anak sulung juga merupakan jembatan penghubung komunikasi antara orang tua dan anak. Terkadang orang tua tidak mengerti apa yang dinginkan anaknya. Mungkin bagi orang tua apa yang dia mau itu baik namun tidak semua anak bisa menerima hal itu. Inilah yang menjadi peran aktif seorang anak sulung dimana harus mengerti kondisi keluarga yang tidak bisa dimegerti oleh adiknya dan mengerti keinginan dari adiknya sehingga tidak ada salah paham antara keduanya. Dan terkadang bercerita dengan seoarang kakak lebih nyaman ketimbang langsung bercerita pada orang tua.

            Memang tidak semua anak sulung itu pengertian. Namun bagiku anak sulung itu secara alamiah akan menjaga, mengayomi, dan mengerti kemauan dari semua adik-adiknya dan tidak ingin hal buruk terjadi kepada adik-adiknya. Terutama anak sulung laki-laki biasanya akan lebih aktif dalam menjaga adik-adiknya terutama adik perempuan.

            Dan beban moral yang harus ditanggung oleh anak sulung dimana pasa saat tertentu mereka harus mengalah untuk adik-adik mereka. Kehidupan pribadi terkadang juga harus dipending terlebih dahulu untuk kebahagiaan keluarga. Dan umumnya anak sulung laki-laki itu lebih sayang kepada ibunya dibandingkan dengan hal apapun. Baginya kebahagiaan ibu adalah bahagianya. Dan tak aneh memang jika terkadang anak sulung menginginkan sosok pacar seperti ibunya.

            Pernah ada obrolanku dengan “Mas A” dia bilang “aku pengen punya pacar seperti ibuku Nad”. Ada ikatan emosi yang begitu kuat sehingga anak sulung begitu menyayangi ibunya. Itulah alasanku mengapa begitu mengagumi sosok seorang “Anak Sulung”.

            Dan berbeda dengan teman sekolahku entah mereka anak sulung atau bukan aku tidak tahu, namun sepertinya tidak. Pernah ku dengar kabar ada seorang anak laki-laki yang mengancam ibunya “aku tidak mau sekolah kalau tidak dibelikan sepeda motor, capek bolak-balik sekolah naik angkutan umum”. Seorang ibu yang inginkan anaknya bisa memperoleh pendidikan yang lebih baik darinya memaksanya untuk memenuhi keinginan anaknya. Namun berbeda dengan kondisi di lapangan adalah motor yang dibelikan untuk sekolah beralih fungsi menjadi modal untuk mempertahankan gengsi.

            Memang tidak dapat dipungkiri jaman seperti ini ada opsi yang mengatakan “cewek lihat cowok yang pertama kali dilihat adalah motornya”. Memang benar kondisi di lapangan menjawab hal itu. Cowok yang punya motor umumnya lebih cepat punya pacar. Namun bukan berarti yang tidak punya motor tidak punya pacar. Apalagi kalau cowok yang sudah punya motor dan memiliki bentuk muka yang bisa dikatakan lumayan. Tidak ada kata sulit untuknya dalam memilih pacar.

Sebenarnya kalau mau cari pacar yang baik tidak perlu memperlihatkan apa motornya, bagaimana mukanya, bagaimana dompetnya. Sekedar tampil apa adanya itu akan lebih baik, agar dapat dicintai dengan tulus bukan karena ada apa-apanya. Namun jarang ada orang yang mau tampil apa adanya dalam memikat hati seorang wanita. Terutama untuk yang masih kategori mencari pacar bukan mencari istri.

Dan aku kagum pada “Mas A” yang tampil apa adanya. Entah apa karena aku yang tidak tahu tapi buatku dia sederhana tidak pernah memamerkan apa yang dia punya. Cukuplah orang lain yang menilai. Meskipun yang dia miliki adalah hasil kerjanya. Jarang kutemui seorang remaja 19 tahun tampil apa adanya meskipun dia sudah sukses dengan usahanya sendiri.  Biasanya anak umur seperti itu yang pernah aku kenal adalah memperkenalkan apa yang dia punya. Terlebih jika diperoleh dari hasil usahanya sendiri. Akan tampak terlihat seperti “sombong” dengan yang dia punya. Karena menurutnya yang dia peroleh adalah usahanya sendiri.

Dan hal lain yang aku suka adalah dia sopan. Dia selalu tahu batasan yang harus dia ucapkan kepada lawan bicaranya. Yang terkadang malah membuatku sungkan.

“Mas A” orangnya taat beribadah. Pas dengan keinginanku yang bisa membimbingku soal agama dan juga keinginan ibuku “aku kalau punya menantu minimal harus rajin sholat”. Bukan tanpa alasan sekarang sholat banyak ditinggalkan terutama kalau soal urusan duniawi.

Dan seperti yang “Mas A” pernah katakana saat aku bilang “aku belum bisa jadi cewek baik soalnya masih belum bisa memakai jilbab”. Namun dia malah bilang “kalau sholatnya baik, Insya Allah yang lain juga baik Nad”. Menenangkan hati, dan anehnya semenjak saat itu ketika aku ingat dia kata-kata yang selalu muncul adalah “kalau sholatnya baik, Insya Allah yang lain juga baik”. Setidak-tidaknya membuatku lebih tidak menunda-nunda waktu sholat.

Hal lain yang membuat aku sangat takjub adalah gaji yang dia peroleh saat bekerja adalah untuk ibu dan adiknya-adiknya. Mungkin alasan tanggung jawab pada keluarganya membuat dia harus bekerja seharian untuk ibu dan adiknya. Inilah yang membuat aku semakin kagum padanya orang pertama yang aku kenal berjuang untuk membahagiakan orang-orang yang dia sayang. Meski di luar sana akan ada banyak yang lain seperti dia. Namun dia orang pertama yang mebuatku takjub dengan usahanya meski di usia 19 tahun.

Dan yang terakhir adalah opsiku soal kehidupan pribadinya. Entah benar atau tidak aku juga tidak tahu.

Bekerja untuk membahagiakan orang yang dia sayang dari jam 07.00 – 17.00 nyaris membuat dia bekerja seharian. Kalau menurut pendapatku tidak ideal untuk seorang laki-laki mencari pacar dengan kondisi pekerjaan yang sibuk itu. Nyaris tidak ada waktu untuk melakukan pendekatan alias PDKT. Dan yang aku tahu adalah “Mas A” adalah tipikal orang yang tanggung jawab atas pekerjaannya. Kalau sudah ada pekerjaan dia akan focus dengan tugasnya. Dan masalahnya adalah Apakah dalam proses pdkt si cewek mau menunggu untuk pendekatan ?? Dan proses pdkt itu adalah masa yang paling indah. Perhatian yang lebih seperti berasa menjadi orang paling special. Setiap hari dan setiap saat harus standby di dekat ponsel untuk melakukan komunikasi dalam pdkt. Tapi kalau “mas A” harus selalu dekat dengan ponselnya membalas sms ataupun menerima telepon setiap saat seperti proses pdkt pada umumnya macam mana pula sama kerjaannya !!!

Pikirku sebenarnya kalau mau dia lebih baik kuliah. Jauh tidak memilki waktu yang terlalu sibuk untuk bekerja. Dan masih ada waktu untuk melalakukan pdkt. Namun jika seperti itu apa kabar dengan orang di rumah ?? biaya hidup keluarga, biaya sekolah adik-adiknya, dan juga biaya kuliah yang harus dia tanggung. Akan menambah banyak pengeluaran setiap bulannya. Dan semua tanggungan ada di tangannya. Cukup egois memang kalau dia memilih untuk kuliah sedangkan keluarga memerlukannya untuk bekerja.

Mungkin bisa saja dia kuliah dan bekerja di tengah jam kosong kuliahnya. Namun apakah itu cukup untuk tanggungan-tanggungan yang harus dia penuhi.

Inilah menurutku alasan-alasan dia belum memiliki pacar sampai saat ini. merelakan keperluan pribadi demi orang yang dia sayang. Namun aku yakin “orang baik akan mendapatkan yang terbaik” hanya saja waktu yang tidak mau bersahabat.

Dan cintaku padanya bertepuk sebelah tangan. Bukan suatu hal yang buruk kalau kita mau ikhlas dan yakin akan ada yang baik setelah ini. Tapi meskipun aku mengaguminya dan menyukainya tidak ada alasan baginya untuk suka padaku. Meskipun semua kriteria  yang aku mau ada padanya bukan berarti criteria yang dia mau ada padaku. Cukuplah sebatas harapan saja yang kupanjatkan pada Tuhan adalah “Semoga aku mendapatkan pacar yang baik dan suami yang bisa menuntunku menuju syurga Allah”

Dan untuk “mas A” “semoga akan mendapatkan pacar yang bisa mengertinyanya, menerima dia apa adanya, dan memiliki sifat yang seperti ibunya”

Sering aku bertanya pada hatiku sendiri “Aneh gak sih menyukai sesorang yang belum ku kenal lama, belum aku tahu seperti apa orangnya, dan sifat-sifatnya. Entahlah Tuhan yang tahu jawaban dari semua ini. Dan terima kasih Tuhan mengenalkanku pada sosok seorang “Mas A” seorang “pacar idaman”. Dan darinya aku belajar untuk ikhlas.


 Dan tanggal 9 Mei 2012 sykur alhmadulillah akhirnya aku bisa bertemu dengan orang yang aku kagumi. Ku harap ini bukan pertemuan yang pertama dan yang terakhir.

Untuk “mas A” jangan minder lagi yah kamu ganteng kog buatku kamu lebih itu malah lebih dari mereka-mereka. Meskipun kamu bilang baru ibumu dan aku yang mengatakan kamu ganteng. Pasti banyak orang yang akan mengatakan kamu ganteng, keren, baik kalau mereka tahu kamu. Tapi yang lebih utama adalah buatku hati kamu yang paling ganteng J 

*Sekian untuk cerita cintaku saat ini tidak begitu baik dan tidak begitu buruk. Aku belajar menjadi lebih baik… Semoga dia akan segera dapatkan yang terbaik. Ending cerita aku gak bakalan bisa sama dia…
BIARKAN TUHAN YANG MENJAWAB CERITA CINTAMU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar