Minggu, 07 April 2013

Last Moment With Rivky Mokodompit

               
                Sore itu mungkin tak bisa aku lupakan lagi, bertemu dengan idolaku. Berada dikerumunan orang yang sudah memenuhi tempat ini dan hanya terlihat beberapa saja kulihat wanita di dalamnya. Lebih banyak laki-laki yang memenuhi tempat ini. Karena memang acara seperti lebih banyak digandrungi laki-laki daripada wanita.

                Berbeda dari sebelumnya saat aku datang ketempat ini untuk hal yang sama melihat aksi dari idolaku beraksi di lapangan hijau. Kehabisan tiket VIP membuatku harus membeli tiket tribun utama agar bisa melihat aksi dari idolaku secara langsung. Bersama adikku perempuanku saat itu aku melihat aksi dari M.Roby secara langsung untuk pertama kalinya. Dari tribun utama aku bisa puas melihat aksi M.Roby yang begitu memukau sebagai Captain team.


                Dan hari ini aku juga hadir untuk melihat aksi dari Rivky Mokodompit, yang melakukan pertandingan tandang ke pulauku, Pulau Madura. Namun berbeda dengan pertandingan saat ini. tidak terlalu puas aku melihat aksi dari kak Rivky berada di tribun ekonomi membuatku tak nyaman dengan kondisi ini.
                Berbeda dengan tribun utama yang meskipun dibilang masih terasa panas saat menonton, di tribun ekonomi malah justru lebih menegangkan berdesak-desakan saat di pintu masuk, dan lebih berdesak-desakan saat sudah berada di dalam stadion. Melihat wajah kak Rivky di dalam lapangan saja teramat susah karena sudah sesak dengan penonton yang lain yang sudah datang lebih awal untuk melihat pertandingan hari ini.


                Hanya bisa melihat wajah kak Rivky sebentar saja dan melihat nomor punggung 33 yang biasa dia kenakan saat bertanding menjaga gawang agar tidak kebobolan. Ada perasaan menyesal karena tidak datang dari awal seperti saat melihat pertandingan Persepam-MU Vs Persisam. Karena memang situasi yang berbeda saat itu adikku pulang sekolah lebih pagi dari hari ini. namun sekarang adikku pulang teramat siang dan nyaris sore. Sehingga aku pergi bersama teman-temanku yang notabennya adalah bonek alias bondo nekat, yang setiap pertandingan adalah tidak pernah membeli tiket justru menaiki stadion yang tinggi lumayan. Sehingga demi menjagaku mereka rela tidak melakukan aksi seperti biasanya untuk menaiki tribun atas stadion.


                Namun meskipun begitu tetap saja aku tidak dapat melihat aksi kak Rivky di dalam lapangan hijau.


                “Da.. gimana ini aku gak bisa lihat kak Rivky” kataku pada Huda saat berada di dalam stadion
                “Yaudah, cari tempat lain kali aja bisa lihat, biasalah Na, kalau ekonomi ya gini” katanya sembari mengajakku ke tempat yang lain

                “Da.. kamu jagain aku di belakang ya”
                “Iya, sana maju mungkin bisa lihat”

                “Duh Da.. gak bisa aku kurang tinggi yang lihatnya cuman lihat nomor punggungnya kak Rivky” kataku sembari meloncat-loncat namun tetap tak bisa melihat jalannya pertandingan dengan sempurna

                Entah berapa lama aku melihat kak Rivky yang sebentar kelihatan, dan sebentar gak kelihatan gara-gara orang yang ada di depanku juga ingin melihat pertandingan. Kulihat Huda sudah tidak berada di belakangku. Dia duduk dibelakang bersama Lukman dan anak-anak yang lain. Segera saja ku hampiri mereka, karena meskipun melihat juga tidak membuahkan hasil. Lukman membuka handphonenya yang ternyata terdapat aplikasi TVnya.


                “Nah... itu Man ada TVnya kan, cepetan deh cari stasiun TVnya”
                “Iya sebentar” kata Lukman sembari mengotak-atik handphonenya. “Nih udah ketemu” katanya sembari memberiku handphonenya.
                “Yah ampun, jauh-jauh datang ke stadion lihatnya di TV juga” kata Adi
                “Yah, gak papalah Di sekali-kali gitu” kataku
                “Baru sekarang aku lihat bola tapi gak lihat seragam pemainnya, gak lihat bentuk bolanya” kata Lukman sambil tertawa.


                Yah, benar saja mereka tidak bisa nonton karena biasanya mereka menonton dari atas pagar stadion meskipun tidak membeli tiket mereka masih bisa menonton jalannya pertandingan 2 x 45 menit dengan puas. Namun saat ini karena aku, mereka tidak seperti itu. Karena aku satu-satunya cewe dalam rombongan yang menonton pertandingan.


                “Ini Nana, cuman pengen lihat Rivky Mokodompit, makanya biarpun dapat di tribun ekonomi tetap berangkat” kata Huda yang mulai mengerti apa yang aku mau saat ini.
                “Iya Da.. mengertian banget sih” kataku sambil melempar senyum
                Sisa pertandingan kita lihat dari luar stadion melalui handphone Lukman. Karena meskipun berada di dalam stadion kita sulit untuk melihat pertandingan. Dan akhirnya Full Time skor berakhir 2-0 atas Kemenangan Sriwijaya FC.


                “Uye... menang Man, kak Rivky gak kebobolan”kataku pada Lukman sambil mengembalikan handphonenya. “Ayuk ke depan pintu utama ntar keburu banyak orang yang mau lihat pemain SFC” pintaku


                Segera teman-temanku mengikutiku untuk sampai di depan pintu masuk utama stadion. Dan benar saja sudah banyak orang yang berkumpul di depan pintu masuk. Perasaanku mulai tidak karuan. Kulihat dari luar belum ada tanda-tanda pemain SFC akan segera meninggalkan stadion. Aku intip dari balik jendela stadion ternyata Choach Khashartadi masih diwawancarai terkait kemengannya sore ini.
                “Wih.. lama banget keluarnya” kataku dalam hati. Kulihat teman-temanku yang mulai gelisah karena tim kesayangannya Persepam kalah dari Sriwijaya FC dan masih menunggu hingga pemain SFC keluar dari stadion.


                Nyatanya penyakit gugupku masih belum sembuh juga. Gugup melihat idola secara langsung dari jarak dekat membuat perutku seketika mulas. Gemetaran menjelang detik-detik kepergian kak Rivky dari Bangkalan untuk melanjutkan laga tandang selajutnya. Kulihat jam dilayar handphoneku sudah menunjukkan jam 18.00 langit kota bangkalan sudah mulai gelap. Mungkin kiranya beberapa wanita yang menyaksikan pertandingan hari ini sudah pulang, tidak manungu hingga keluarnya para pemain SFC dari dalam stadion.
                “Ahh.. ga papalah biarpun hari ini pulang malam, terakhir lihat kak Rivky dilaga tandang hari ini pokoknya harus bisa ketemu sama kak Rivky” kataku dalam hati mulai gelisah karena para pemain SFC tidak kunjung keluar dari dalam stadion.


                Akhirnya beberapa polisi mulai keluar dari dalam stadion dan Bus dari Sriwijaya FC mulai bergerak ke depan pintu masuk. Segera saat itu juga aku bergerak mendekati para polisi agar bisa berada tepat di belakangnya.

                “Pak maaf pak, mau lihat kak Rivky” kataku pada pak polisi sehingga dilonggarkan penjagaannya untukku.

                Satu persatu pemain mulai keluar dari dalam stadion.  Dan para penonton mulai minta bersalaman dengan pemain SFC. Ada yang meladeni salaman para fans, ada juga yang acuh dsambil terus bergerak menuju Bus. Kulihat wajah Rivky Mokodompit tak kunjung keluar dari dalam tribun. Perasaan gelisah kembali datang karena makin lama bertemu dengan Rivky Mokodompit.


                Dan akhirnya hampir semua pemain SFC keluar dari dalam stadion. “Nah itu kak Rivky” kataku
                Segera saat pertama kali melihat wajah Rivky Mokodompit keluar, berteriak sekencang-kencangnya meskipun dia saat itu masih 3 meter  belum sampai di dekatku. Kak Rivky yang awalnya menunduk langsung menghadap ke depan.


                “ Kak Rivky.. Kak Rivky.... Kak Rivky” kataku seraya menarik tangannya dan tak aku lepas sebelum akhirnya polisi yang menjaga, menahanku dan memaksaku untuk melepas tangan kak Rivky.
                Segera ku berlari ke samping Bus, mencari wajah Rivky Mokodompit dari luar Bus. Niat awal yang ingin mengambil gambar kak Rivky saat keluar dari stadion tak bisa kulakukan karena tanganku terlalu berkeinginan untuk memegang tangan kak Rivky untu yang terakhir kalinya.


                “Kak Rivky, kak Rivky !!!” panggilku dari luar Bus saat sudah mulai menemukan tempat duduknya. Dan usahaku berhasil meskipun sambil melompat-lompat agar dia bisa mendengarku meskipun  dari luar Bus. Kak Rivky menoleh ke arahku dan memberiku kesempatan unyuk mengambil gamabarnya. Hanya 1 gambar yang berhasil aku ambil. Bus yang membawanya ke surabaya mulai bergerak maju meninggalkanku yang masih berkeinginan lebih lama melihat wajah kak Rivky.


                “Kak Rivky Good Luck, hati-hati” itu kataku yang terakhir sebelum dia pergi meninggalakan Bangkalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar